Senin, 21 November 2011

Ruqayyah dan Ummu Kultsum Binti Muhammad SAW




Coklat berkata kepada Wafer : "Kita ini memang beruntung terlahir Manis, sehingga banyak orang yang suka kepada kita ."

Wafer menjawab :
"Kamu sangka kita yang paling manis ? Tidak sadarkah kamu bahwa yang membaca potingan ini lebih manis dari kita ? tuhkan … dia tersenyum ... coba lihat manis sekali kan senyumannya . . .
hehee . . .

Jumpa kembali ya kawan, masih melanjutkan artikel sebelumnya mengenai figur putri Khadijah ra - Muhammad SAW. Sekarang berlanjut ke putri Beliau yang kedua dan ketiga yaitu Ruqayyah dan Ummu Kulsum. Kisah dari kedua putri Beliau ini saling berkaitan, makanya ditampilkan dalam satu artikel. Ini dia kisah selengkapnya, yuk ya yuk kita pelajari bersama . . . !!!

@_@



***


Lahir dua orang putri dari rahim ibunya, Khadijah bin Khuwailid bin Asad bin ‘Abdil ‘Uzza . Menyandang nama Ruqayyah dan Ummu Kultsum, di bawah ketenangan naungan seorang ayah yang mulia, Muhammad bin ‘Abdillah bin ‘Abdil Muththalib Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sebelum datang masa sang ayah diangkat sebagai nabi Allah, Ruqayyah disunting oleh seorang pemuda bernama ‘Utbah, putra Abu Lahab bin ‘Abdul Muththalib, sementara Ummu Kultsum menikah dengan saudara ‘Utbah, ‘Utaibah bin Abu Lahab. Namun, pernikahan itu tak berjalan lama. Berawal dengan diangkatnya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai nabi, menyusul kemudian turun Surat Al-Lahab yang berisi cercaan terhadap Abu Lahab, maka Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil, menjadi berang. Dia berkata kepada dua putranya, ‘Utbah dan ‘Utaibah yang menyunting putri-putri Rasulullah SAW, “Haram jika kalian berdua tidak menceraikan kedua putri Muhammad!”

Kembalilah dua putri yang mulia ini dalam keteduhan naungan ayah bundanya, sebelum sempat dicampuri suaminya. Bahkan dengan itulah Allah selamatkan mereka berdua dari musuh-musuh-Nya. Ruqayyah dan Ummu Kultsum pun berislam bersama ibunda dan saudari-saudarinya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan ganti yang jauh lebih baik. Ruqayyah disunting oleh seorang sahabat mulia, ‘Utsman bin ‘Affan.

Sebagaimana kaum muslimin yang lain, mereka berdua menghadapi gelombang ujian yang sedemikian dahsyat melalui tangan kaum musyrikin Makkah dalam menggenggam keimanan. Hingga akhirnya, pada tahun kelima setelah nubuwah, Allah Subhanahu wa Ta’ala bukakan jalan untuk hijrah ke bumi Habasyah, menuju perlindungan seorang raja yang tidak pernah menzalimi siapa pun yang ada bersamanya. ‘Utsman bin ‘Affan  membawa istrinya di atas keledai, meninggalkan Makkah, bersama sepuluh orang sahabat yang lainnya, berjalan kaki menuju pantai. Di sana mereka menyewa sebuah perahu seharga setengah dinar.

Di bumi Habasyah, Ruqayyah  melahirkan seorang putra yang bernama ‘Abdullah. Akan tetapi, putra ‘Utsman ini tidak berusia panjang. Suatu ketika, ada seekor ayam jantan yang mematuk matanya hingga membengkak wajahnya. Dengan sebab musibah ini, ‘Abdullah meninggal dalam usia enam tahun.

Perjalanan mereka belum berakhir. Saat kaum muslimin meninggalkan negeri Makkah untuk hijrah ke Madinah, mereka berdua pun turut berhijrah ke negeri itu. Begitu pun Ummu Kultsum, berhijrah bersama keluarga Rasulullah SAW.

Selang berapa lama mereka tinggal di Madinah, bergema seruan perang Badar. Para sahabat bersiap untuk menghadapi musuh-musuh Allah. Namun bersamaan dengan itu, Ruqayyah   diserang sakit. Rasulullah SAW pun memerintahkan ‘Utsman bin ‘Affan untuk tetap tinggal menemani istrinya.

Ternyata itulah pertemuan mereka yang terakhir. Di antara malam-malam peristiwa Badar, Ruqayyah  kembali ke hadapan Rabbnya karena sakit yang dideritanya. ‘Utsman bin ‘Affan  sendiri yang turun untuk meletakkan jasad istrinya di dalam kuburnya.

Saat diratakan tanah pekuburan Ruqayyah, terdengar kabar gembira kegemilangan pasukan muslimin melibas kaum musyrikin yang diserukan oleh Zaid bin Haritsah. Kedukaan itu berlangsung bersama datangnya kemenangan, saat Ruqayyah pergi untuk selama-lamanya pada tahun kedua setelah hijrah.

Sepeninggal Ruqayyah , ‘Umar bin Al Khaththab  menawarkan kepada ‘Utsman bin ‘Affan  untuk menikah dengan putrinya, Hafshah  yang kehilangan suaminya di medan Badar. Namun saat itu ‘Utsman dengan halus menolak. Datanglah ‘Umar bin Al-Khaththab  ke hadapan Rasulullah SAW mengadukan kekecewaannya.

Ternyata Allah Subhanahu wa Ta’ala memilihkan yang lebih baik dari itu semua. Rasulullah SAW meminang Hafshah  untuk dirinya, dan menikahkan ‘Utsman bin ‘Affan  dengan putrinya, Ummu Kultsum . Tercatat peristiwa ini pada bulan Rabi’ul Awwal tahun ke-tiga setelah hijrah.

Enam tahun berlalu. Ikatan kasih itu harus kembali terurai. Ummu Kultsum kembali ke hadapan Rabbnya pada tahun kesembilan setelah hijrah, tanpa meninggalkan seorang putra pun bagi suaminya. Jasadnya dimandikan oleh Asma’ bintu ‘Umais dan Shafiyah bintu ‘Abdil Muththalib. Tampak Rasulullah SAW menshalati jenazah putrinya. Setelah itu, beliau duduk di sisi kubur putrinya. Sembari kedua mata beliau berlinang air mata, beliau bertanya, “Adakah seseorang yang tidak mendatangi istrinya semalam?” 
Abu Thalhah menjawab, “Saya.” 
Kata beliau, “Turunlah!”

Jasad Ummu Kultsum  dibawa turun dalam tanah pekuburannya oleh ‘Ali bin Abi Thalib, Al-Fadhl bin Al-‘Abbas, Usamah bin Zaid serta Abu Thalhah Al-Anshari .


Wallahu a’lam bish-shawabi.


Sumber
: http://www.asysyariah.com/sakinah/cerminan-shalihah/948-ruqayyah-dan-ummu-kultsum-kisah-perjalanan-dua-cahaya-cerminan-shalihah-edisi-11.html


1 komentar:

  1. Izinkanlah saya menulis / menebar sejumlah doa, semoga Allaah SWT mengabulkan, antara lain memberi kaum Muslim tempat yang mulia diakhirat (khususnya seluruh istri, anak, cucu dan sahabat Sayyidina wa Nabiyyina wa Maulaanaa Muhammad Shallahu’alaihi wa alihi wa shahbihi wa ummatihi serta salaf al-shaalih). Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘alamiin.

    Lebih dan kurang saya mohon maaf.

    Asyhaduu anlaa ilaaha illallaah wa asyhaduu anna muhammadarrasuulullaah

    A’uudzubillaahiminasysyaithaanirrajiim

    Bismillahirrahmaanirrahiim
    Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin,
    Arrahmaanirrahiim
    Maaliki yaumiddiin,
    Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin,
    Ihdinashirratal mustaqiim,
    Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi ‘alaihim waladhaaliin

    Aamiin

    Bismillaahirrahmaanirrahiim

    Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, hamdan yuwaafi ni’amahu, wa yukafi mazidahu, ya rabbana lakal hamdu. Kama yanbaghi lii jalaali wajhika, wa ‘azhiimi sulthaanika.

    Allaahumma shalli wa sallim wa baarik, 'alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa wa Maulaanaa Muhammadin wa ikhwaanihii minal anbiyaa-i wal mursaliin, wa azwaajihim wa aalihim wa dzurriyyaatihim wa ash-haabihim wa ummatihim ajma'iin.

    ALLAAHUMMAFTAHLII HIKMATAKA WANSYUR ‘ALAYYA MIN KHAZAA INI RAHMATIKA YAA ARHAMAR-RAAHIMIIN.

    RABBI INNII LIMAA ANZALTA ILAYYA MIN KHAIRIN FAQIIR.

    “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada keturunanku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Al-Ahqaaf: 15).

    Rabbana hablana min azwaajina, wa dzurriyyatina qurrata a’yuniw, waj’alna lil muttaqiina imaamaa.

    Allaahumma innaa nas’aluka salaamatan fiddiini waddun-yaa wal akhirati wa ’aafiyatan fil jasadi wa ziyaadatan fil ‘ilmi wabarakatan firrizqi wa taubatan qablal mauti, wa rahmatan ‘indal mauti, wa maghfiratan ba’dal maut. Allahuma hawwin ‘alainaa fii sakaraatil mauti, wannajaata minannaari wal ‘afwa ‘indal hisaab.

    ------(doa khusus untuk seluruh istri, anak, cucu dan sahabat Sayyidina wa Nabiyyina wa Maulaanaa Muhammad Shallahu’alaihi wa alihi wa shahbihi wa ummatihi serta salaf al-shaaliha).

    ALLAAHUMMAGHFIRLAHUM WARHAMHUM WA’AAFIHIM WA’FU ‘ANHUM
    ALLAAHUMMA LAA TAHRIMNAA AJRAHUM WA LAA TAFTINNAA BA’DAHUM WAGHFIRLANAA WALAHUM
    ---------------------
    Ya Allaah, terimalah amal saleh kami, ampunilah amal salah kami, mudahkanlah urusan kami, lindungilah kepentingan kami, ridhailah kegiatan kami, angkatlah derajat kami dan hilangkanlah masalah kami.
    Ya Allaah, tetapkanlah kami selamanya menjadi Muslim, tetapkanlah kami selamanya dalam agama yang kau ridhai – Islam, tetapkanlah kami selamanya menjadi umat dari manusia yang paling engkau muliakan – Sayyidina wa Nabiyyina wa Maulaanaa Muhammad Shallahu’alaihi wa alihi wa shahbihi wa ummatihi, wa baraka wassallam.

    Ya Allaah, percepatlah kebangkitan kaum Muslim. Pulihkanlah kejayaan kaum Muslim, Lindungilah kaum Muslim dari kesesatan terutama kemurtadan. Berilah kaum Muslim tempat mulia di akhirat.

    Rabbanaa aatinaa fiddun-yaa hasanataw wa fil aakhirati hasanataw wa qinaa ‘adzaabannaar wa adkhilnal jannata ma’al abraar.

    Rabbanaa taqabbal minna innaka antassamii’ul aliimu wa tub’alainaa innaka antattawwaaburrahiim. Washshalallaahu ‘alaa sayyidinaa wa nabiyyinaa wa maulaanaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassallam.

    HASBUNALLAAH WANI’MAL WAKIIL NI’MAL MAULA WANI’MAN NASHIIR.

    Subhana rabbika rabbil ‘izzati, ‘amma yasifuuna wa salamun ‘alal anbiyaa-i wal mursaliin, walhamdulillahirabbil ‘aalamiin.

    Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.

    Ganie, Indra - Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten

    BalasHapus