Coklat berkata kepada Wafer : "Kita ini memang beruntung terlahir Manis, sehingga banyak orang yang suka kepada kita ."
Wafer menjawab : "Kamu sangka kita yang paling manis ? Tidak sadarkah kamu bahwa yang membaca potingan ini lebih manis dari kita ? tuhkan … dia tersenyum ... coba lihat manis sekali kan senyumannya . . .
hehee . . .
Jumpa kembali ya kawan, masih melanjutkan artikel sebelumnya mengenai figur putri Khadijah ra - Muhammad SAW. Sekarang berlanjut ke putri Beliau yang kedua dan ketiga yaitu Ruqayyah dan Ummu Kulsum. Kisah dari kedua putri Beliau ini saling berkaitan, makanya ditampilkan dalam satu artikel. Ini dia kisah selengkapnya, yuk ya yuk kita pelajari bersama . . . !!!
@_@
***
Lahir dua orang putri dari rahim ibunya, Khadijah bin Khuwailid bin Asad bin ‘Abdil ‘Uzza . Menyandang nama Ruqayyah dan Ummu Kultsum, di bawah ketenangan naungan seorang ayah yang mulia, Muhammad bin ‘Abdillah bin ‘Abdil Muththalib Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebelum datang masa sang ayah diangkat sebagai nabi Allah, Ruqayyah
disunting oleh seorang pemuda bernama ‘Utbah, putra Abu Lahab bin
‘Abdul Muththalib, sementara Ummu Kultsum menikah dengan saudara
‘Utbah, ‘Utaibah bin Abu Lahab. Namun, pernikahan itu tak berjalan
lama. Berawal dengan diangkatnya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
sebagai nabi, menyusul kemudian turun Surat Al-Lahab yang berisi
cercaan terhadap Abu Lahab, maka Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil,
menjadi berang. Dia berkata kepada dua putranya, ‘Utbah dan ‘Utaibah
yang menyunting putri-putri Rasulullah SAW, “Haram jika kalian berdua tidak menceraikan kedua putri Muhammad!”
Kembalilah dua putri yang mulia ini dalam keteduhan naungan ayah
bundanya, sebelum sempat dicampuri suaminya. Bahkan dengan itulah Allah
selamatkan mereka berdua dari musuh-musuh-Nya. Ruqayyah dan Ummu
Kultsum pun berislam bersama ibunda dan saudari-saudarinya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan ganti yang jauh lebih baik.
Ruqayyah disunting oleh seorang
sahabat mulia, ‘Utsman bin ‘Affan.
Sebagaimana kaum muslimin yang lain, mereka berdua menghadapi
gelombang ujian yang sedemikian dahsyat melalui tangan kaum musyrikin
Makkah dalam menggenggam keimanan. Hingga akhirnya, pada tahun kelima
setelah nubuwah, Allah Subhanahu wa Ta’ala bukakan jalan untuk hijrah
ke bumi Habasyah, menuju perlindungan seorang raja yang tidak pernah
menzalimi siapa pun yang ada bersamanya. ‘Utsman bin ‘Affan membawa istrinya di atas keledai, meninggalkan Makkah, bersama
sepuluh orang sahabat yang lainnya, berjalan kaki menuju pantai. Di
sana mereka menyewa sebuah perahu seharga setengah dinar.
Di bumi Habasyah, Ruqayyah melahirkan seorang
putra yang bernama ‘Abdullah. Akan tetapi, putra ‘Utsman ini tidak
berusia panjang. Suatu ketika, ada seekor ayam jantan yang mematuk
matanya hingga membengkak wajahnya. Dengan sebab musibah ini, ‘Abdullah
meninggal dalam usia enam tahun.
Perjalanan mereka belum berakhir. Saat kaum muslimin meninggalkan
negeri Makkah untuk hijrah ke Madinah, mereka berdua pun turut
berhijrah ke negeri itu. Begitu pun Ummu Kultsum,
berhijrah bersama keluarga Rasulullah SAW.
Selang berapa lama mereka tinggal di Madinah, bergema seruan perang
Badar. Para sahabat bersiap untuk menghadapi musuh-musuh Allah. Namun
bersamaan dengan itu, Ruqayyah
diserang sakit. Rasulullah SAW pun
memerintahkan ‘Utsman bin ‘Affan untuk tetap tinggal
menemani istrinya.
Ternyata itulah pertemuan mereka yang terakhir. Di antara
malam-malam peristiwa Badar, Ruqayyah kembali ke hadapan Rabbnya karena sakit yang dideritanya. ‘Utsman
bin ‘Affan sendiri yang turun untuk meletakkan jasad
istrinya di dalam kuburnya.
Saat diratakan tanah pekuburan Ruqayyah, terdengar
kabar gembira kegemilangan pasukan muslimin melibas kaum musyrikin
yang diserukan oleh Zaid bin Haritsah. Kedukaan itu
berlangsung bersama datangnya kemenangan, saat Ruqayyah pergi untuk selama-lamanya pada tahun kedua setelah
hijrah.
Sepeninggal Ruqayyah , ‘Umar bin Al Khaththab menawarkan kepada ‘Utsman bin ‘Affan untuk menikah dengan putrinya, Hafshah yang kehilangan suaminya di medan
Badar. Namun saat itu ‘Utsman dengan halus menolak. Datanglah ‘Umar bin
Al-Khaththab ke hadapan Rasulullah SAW mengadukan kekecewaannya.
Ternyata Allah Subhanahu wa Ta’ala memilihkan yang lebih baik dari
itu semua. Rasulullah SAW meminang Hafshah untuk dirinya, dan menikahkan ‘Utsman bin ‘Affan dengan putrinya, Ummu Kultsum .
Tercatat peristiwa ini pada bulan Rabi’ul Awwal tahun ke-tiga setelah
hijrah.
Enam tahun berlalu. Ikatan kasih itu harus kembali terurai. Ummu
Kultsum kembali ke hadapan Rabbnya pada tahun
kesembilan setelah hijrah, tanpa meninggalkan seorang putra pun bagi
suaminya. Jasadnya dimandikan oleh Asma’ bintu ‘Umais dan Shafiyah
bintu ‘Abdil Muththalib. Tampak Rasulullah SAW menshalati jenazah putrinya. Setelah itu,
beliau duduk di sisi kubur putrinya. Sembari kedua mata beliau
berlinang air mata, beliau bertanya, “Adakah seseorang yang tidak mendatangi istrinya semalam?”
Abu Thalhah menjawab, “Saya.”
Kata beliau, “Turunlah!”
Jasad Ummu Kultsum dibawa turun dalam tanah pekuburannya oleh ‘Ali bin Abi Thalib, Al-Fadhl bin Al-‘Abbas, Usamah bin Zaid serta Abu Thalhah Al-Anshari .
Wallahu a’lam bish-shawabi.
Sumber : http://www.asysyariah.com/sakinah/cerminan-shalihah/948-ruqayyah-dan-ummu-kultsum-kisah-perjalanan-dua-cahaya-cerminan-shalihah-edisi-11.html
Izinkanlah saya menulis / menebar sejumlah doa, semoga Allaah SWT mengabulkan, antara lain memberi kaum Muslim tempat yang mulia diakhirat (khususnya seluruh istri, anak, cucu dan sahabat Sayyidina wa Nabiyyina wa Maulaanaa Muhammad Shallahu’alaihi wa alihi wa shahbihi wa ummatihi serta salaf al-shaalih). Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘alamiin.
BalasHapusLebih dan kurang saya mohon maaf.
Asyhaduu anlaa ilaaha illallaah wa asyhaduu anna muhammadarrasuulullaah
A’uudzubillaahiminasysyaithaanirrajiim
Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin,
Arrahmaanirrahiim
Maaliki yaumiddiin,
Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin,
Ihdinashirratal mustaqiim,
Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi ‘alaihim waladhaaliin
Aamiin
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, hamdan yuwaafi ni’amahu, wa yukafi mazidahu, ya rabbana lakal hamdu. Kama yanbaghi lii jalaali wajhika, wa ‘azhiimi sulthaanika.
Allaahumma shalli wa sallim wa baarik, 'alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa wa Maulaanaa Muhammadin wa ikhwaanihii minal anbiyaa-i wal mursaliin, wa azwaajihim wa aalihim wa dzurriyyaatihim wa ash-haabihim wa ummatihim ajma'iin.
ALLAAHUMMAFTAHLII HIKMATAKA WANSYUR ‘ALAYYA MIN KHAZAA INI RAHMATIKA YAA ARHAMAR-RAAHIMIIN.
RABBI INNII LIMAA ANZALTA ILAYYA MIN KHAIRIN FAQIIR.
“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada keturunanku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (QS. Al-Ahqaaf: 15).
Rabbana hablana min azwaajina, wa dzurriyyatina qurrata a’yuniw, waj’alna lil muttaqiina imaamaa.
Allaahumma innaa nas’aluka salaamatan fiddiini waddun-yaa wal akhirati wa ’aafiyatan fil jasadi wa ziyaadatan fil ‘ilmi wabarakatan firrizqi wa taubatan qablal mauti, wa rahmatan ‘indal mauti, wa maghfiratan ba’dal maut. Allahuma hawwin ‘alainaa fii sakaraatil mauti, wannajaata minannaari wal ‘afwa ‘indal hisaab.
------(doa khusus untuk seluruh istri, anak, cucu dan sahabat Sayyidina wa Nabiyyina wa Maulaanaa Muhammad Shallahu’alaihi wa alihi wa shahbihi wa ummatihi serta salaf al-shaaliha).
ALLAAHUMMAGHFIRLAHUM WARHAMHUM WA’AAFIHIM WA’FU ‘ANHUM
ALLAAHUMMA LAA TAHRIMNAA AJRAHUM WA LAA TAFTINNAA BA’DAHUM WAGHFIRLANAA WALAHUM
---------------------
Ya Allaah, terimalah amal saleh kami, ampunilah amal salah kami, mudahkanlah urusan kami, lindungilah kepentingan kami, ridhailah kegiatan kami, angkatlah derajat kami dan hilangkanlah masalah kami.
Ya Allaah, tetapkanlah kami selamanya menjadi Muslim, tetapkanlah kami selamanya dalam agama yang kau ridhai – Islam, tetapkanlah kami selamanya menjadi umat dari manusia yang paling engkau muliakan – Sayyidina wa Nabiyyina wa Maulaanaa Muhammad Shallahu’alaihi wa alihi wa shahbihi wa ummatihi, wa baraka wassallam.
Ya Allaah, percepatlah kebangkitan kaum Muslim. Pulihkanlah kejayaan kaum Muslim, Lindungilah kaum Muslim dari kesesatan terutama kemurtadan. Berilah kaum Muslim tempat mulia di akhirat.
Rabbanaa aatinaa fiddun-yaa hasanataw wa fil aakhirati hasanataw wa qinaa ‘adzaabannaar wa adkhilnal jannata ma’al abraar.
Rabbanaa taqabbal minna innaka antassamii’ul aliimu wa tub’alainaa innaka antattawwaaburrahiim. Washshalallaahu ‘alaa sayyidinaa wa nabiyyinaa wa maulaanaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassallam.
HASBUNALLAAH WANI’MAL WAKIIL NI’MAL MAULA WANI’MAN NASHIIR.
Subhana rabbika rabbil ‘izzati, ‘amma yasifuuna wa salamun ‘alal anbiyaa-i wal mursaliin, walhamdulillahirabbil ‘aalamiin.
Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.
Ganie, Indra - Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Banten