Senin, 27 Agustus 2012

Khabbab bin Arats

 Bismillahirrahmanirrahiim . . .

Apa kabar kawan ? Tidakkah Allah masih menumbuhkan kuku-kuku jarimu hingga tanganmu perkasa melakukan banyak hal ? Pada jenak ini, indera pandanganmu masihkah mampu membaca tulisan ini dengan baik ? Udara masih terjaga bukan untuk mengisi penuh paru-parumu hingga kau bernafas dengan leluasa? Dan jantungmu masihkah pula berdetak untuk mereguk sisa porsi waktu ? Jika demikian, saya pasti mendapat jawaban “Alhamdulillah luar biasa” untuk pertanyaan di atas.

Kawan, pinjam waktumu sebentar. Bersiaplah untuk sejenak mengalun bersama kisah seorang Khabbab bin Arats. Insya Allah sebuah kisah pengabdian dan pengorbanan , yang mudah-mudahan pesonanya membuat kita juga menjadi sepertinya. Menjadi seorang pengabdi dan pengorban sejati.

Jumat, 10 Agustus 2012

Andalah yang Akan Ditanya

Bismillahirrahmanirrahiim . . .

Judul asli dari artikel ini adalah "Kitalah yang Akan Ditanya" karya Ustadz Mohammad Fauzil Adhim. Kata "Kita" melekat kuat pada judul tersebut, karena memang sebagian isinya adalah sebuah perenungan bagi kaumnya, Adam. Namun, sehubung di sini penjumputnya adalah perempuan, maka judulnya saya ganti, "Andalah yang Akan Ditanya" dengan tidak mengubah isi sedikitpun.

Terkhususkan para imam dan calon imam dimanapun anda berada, sebuah renungan kita bersama.

Semoga bermanfa'at . . .

@_@

*****


Inilah kisah Buhlul, salah seorang kerabat khalifah Harun Al-Rasyid. Ia seorang yang berilmu dan memiliki keutamaan dalam agama. Suatu hari, ketika ia sedang asyik bermain bersama anak-anak, Harun Al-Rasyid memanggilnya dan berkata, "Apa yang engkau lakukan?"
"Saya bermain bersama anak-anak, dan membuat sebuah rumah dari tanah liat," jawab Buhlul.

Minggu, 05 Agustus 2012

Menghina Ibu = Karakteristik Jahiliyah

Bismillahirrahmaanirrahiim . . .

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh kawan . . .

Jumput sana, jumput sini, dan . . . . tarampam pam paaammm . . . inilah hasilnya . . . “Menghina Ibu = Karakteristik Jahiliyah” . . . !!!
 

Manusia bukanlah malaikat. Siapa pun bisa melakukan kesalahan kepada sesamanya. Demikian pula para sahabat. Namun ketika hal itu terjadi, tanpa pandang bulu, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam pun memberikan teguran tegas terhadap pelakunya. Dan hal itu nampak dalam kasus perlakuan Abu Dzar terhadap Bilal bin Rabbah dalam kisah berikut.

*****

حتى أنت يا ابن السوداء تخطئني


Sampai engkau pun menyalahkan saya wahai anak budak hitam !”


Seakan tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut Abu Dzar, Bilal bin Rabbah bangkit meneteskan air mata seraya berucap, "Akan aku adukan perkara ini kepada Rasulullah ". Bantahan Bilal bin Rabbah terhadap pendapat yang di kemukakan Abu Dzar itu membuat Abu Dzar marah dan mengucapkan sebuah ucapan kasar kepada Bilal. Ucapan yang mengungkap dua penghinaan sekaligus. Penghinaan terhadap warna kulitnya dan terhadap sang ibu.

Jumat, 03 Agustus 2012

Dr. Ramnik Doshi

“Aku belum pernah sakit sejak 50 tahun terakhir ini. Tidak pernah demam, tidak pernah flu, diare, radang tenggorokan, tidak pernah sakit apapun. “Apa rahasianya? “Bersyukur dalam hidup.”

Dr. Ramnik Doshi

Pak berapa banyak operasi mata yang telah bapak lakukan?” seseorang bertanya padanya. “Kemarin siang bapak makan apa?” tanyanya kembali. Semuanya tertawa. Tentu saja kau tak akan bisa mengingat apa yang kau makan minggu lalu, karena itu tidaklah penting. Sama halnya bagi Dr. Doshi, jasa dan percapaiannya tidak perlu diperbincangkan.

Itulah jawaban dari seorang dokter tua berumur 89 tahun yang menjalankan sebuah rumah sakit mata “ajaib” yang telah berjalan selama lebih kurang 30 tahun, yang dapat membuatmu tercengang. Melihat pria sederhana ini dengan tubuhnya yang kecil, mengenakan kaos oblong, kita tidak akan mengira bahwa ia bertanggung jawab memberikan pengobatan mata kepada ribuan masyarakat miskin di pedesaan. Bertempat tinggal di sebuah desa terpencil di Gujarat, Dr. Ramnik Doshi telah bekerja keras menyediakan pengobatan mata secara gratis dan terjangkau bagi mereka yang tidak mampu dan membawa Dr. Doshi kepada pengenalan akan jati dirinya.

Terinspirasi oleh Ravishankar; seorang reformis pengikut Mahatma Gandhi, Dr. Doshi dan ketiga sahabat dokternya, melakukan ekperimen pertama mereka: sebuah mobil klinik untuk pengobatan mata di desa Petlad, dibantu oleh beberapa relawan. “Kendalanya adalah kami tidak memiliki cukup uang untuk fasilitas dan kebutuhan lainnya. Kami mencoba meminjam dari Bank, ‘Tolong pinjamkan kami 6000 rupees. Kami akan mengembalikannya walaupun kami tidak tahu bagaimana cara menghasilkan uang, tapi kami tetap akan melunasinya dalam enam bulan.’ Semua orang mengira kami gila hingga kami bertemu seorang penyandang dana yang juga merupakan seorang pengagum Ravishankar Maharaj,” ucap Dr. Doshi menceritakan awal mula perjalanan mereka.