Bismillahirrahmaanirrahiim
. . .
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh kawan . . .
Jumput sana, jumput sini, dan . . . . tarampam pam paaammm . . . inilah hasilnya . . . “Menghina Ibu = Karakteristik Jahiliyah” . . . !!!
Manusia bukanlah malaikat. Siapa pun bisa melakukan kesalahan kepada sesamanya. Demikian pula para sahabat. Namun ketika hal itu terjadi, tanpa pandang bulu, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam pun memberikan teguran tegas terhadap pelakunya. Dan hal itu nampak dalam kasus perlakuan Abu Dzar terhadap Bilal bin Rabbah dalam kisah berikut.
Jumput sana, jumput sini, dan . . . . tarampam pam paaammm . . . inilah hasilnya . . . “Menghina Ibu = Karakteristik Jahiliyah” . . . !!!
Manusia bukanlah malaikat. Siapa pun bisa melakukan kesalahan kepada sesamanya. Demikian pula para sahabat. Namun ketika hal itu terjadi, tanpa pandang bulu, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam pun memberikan teguran tegas terhadap pelakunya. Dan hal itu nampak dalam kasus perlakuan Abu Dzar terhadap Bilal bin Rabbah dalam kisah berikut.
*****
حتى أنت يا ابن السوداء تخطئني
“Sampai engkau pun menyalahkan saya wahai anak budak hitam !”
Seakan
tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut Abu Dzar, Bilal
bin Rabbah bangkit meneteskan air mata seraya berucap, "Akan aku
adukan perkara ini kepada Rasulullah ". Bantahan Bilal bin
Rabbah terhadap pendapat yang di kemukakan Abu Dzar itu membuat Abu
Dzar marah dan mengucapkan sebuah ucapan kasar kepada Bilal. Ucapan
yang mengungkap dua penghinaan sekaligus. Penghinaan terhadap warna
kulitnya dan terhadap sang ibu.
Rasulullah
shalallahu alaihi wassalam sangat marah mendengar berita ini dan
menegur Abu Dzar,
يا أبا ذر أعيرته بأمه ، إنك امرؤ فيك جاهلية
“Wahai
Abu Dzar, apakah engkau mencela ibunya ? Sungguh masih ada sisa
perkara jahiliyah pada dirimu.!”
Sungguh
luar biasa perasaan sedih Abu Dzar, mendapat teguran keras dari
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, manusia yang paling ia cintai
itu. Menyadari kesalahannya, ia menangis. Meminta agar Rasulullah
shalallahu alaihi wassalam memohonkan ampunan bagi dirinya kepada
Allah. Ia pun tidak berhenti sampai di situ, ia berbaring di hadapan
Bilal, menempelkan wajahnya ke tanah meminta agar Bilal menginjak
mukanya seraya berseru, “Demi
Allah, wahai Bilal injak muka saya.. Engkaulah yang mulia dan akulah
yang hina.”
Melihat
Abu Dzar yang menangis dengan perasaan bersalah itu, Bilal kemudian
membangunkannya dan memeluk Abu Dzar. Mereka pun berpelukan sambil
menangis.
Jahiliyah
itu Tidak Sederhana !
Allah
meletakkan kalimat jahiliyah itu pada 4 (empat) tempat di dalam Al
Quran.
- Ketika Al Quran menyebutkan tentang prasangka jahiliyah terhadapa Allah (Ali Imron : 154).
- Menggunakan hukum jahiliyah di dalam menetapkan sebuah keputusan dari suatu perkara, Allah menyebutnya dengan hukmal Jahiliyah. ( Al Maidah : 50).
- Juga ketika Al Quran bicara tentang penampilan jahiliyah. Penampilan yang di larang oleh Allah dan RasulNya (Al Ahzab : 33).
- Begitu pula ketika Al Quran membicarakan tentang sikap jahiliyah (kebanggaan/kesombongan/fanatisme) Hamiyyatul Jahiliyyah ( Al Fath : 26).
Jadi
memang bukan perkara sederhana. Wajar kalau penyesalan Abu Dzar
sedemikian besarnya seperti yang terlihat dari sebuah hadits :
عَنِ الْمَعْرُورِ قَالَ لَقِيتُ أَبَا ذَرٍّ بِالرَّبَذَةِ ، وَعَلَيْهِ حُلَّةٌ ، وَعَلَى غُلاَمِهِ حُلَّةٌ ، فَسَأَلْتُهُ عَنْ ذَلِكَ ، فَقَالَ إِنِّى سَابَبْتُ رَجُلاً ، فَعَيَّرْتُهُ بِأُمِّهِ ، فَقَالَ لِىَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - يَا أَبَا ذَرٍّ أَعَيَّرْتَهُ بِأُمِّهِ إِنَّكَ امْرُؤٌ فِيكَ جَاهِلِيَّةٌ ، إِخْوَانُكُمْ خَوَلُكُمْ ، جَعَلَهُمُ اللَّهُ تَحْتَ أَيْدِيكُمْ ، فَمَنْ كَانَ أَخُوهُ تَحْتَ يَدِهِ فَلْيُطْعِمْهُ مِمَّا يَأْكُلُ ، وَلْيُلْبِسْهُ مِمَّا يَلْبَسُ ، وَلاَ تُكَلِّفُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ ، فَإِنْ كَلَّفْتُمُوهُمْ فَأَعِينُوهُمْ
Dari Al-Ma'rur bahwa ia berkata, "Saya bertemu dengan Abu Dzar di Rabadzah. Beliau dan hamba sahayanya mengenakan pakaian (mantel) yang serupa. Kemudian saya bertanya apa sebabnya mereka mengenakan pakaian yang serupa. Abu Dzar menjawab, 'Aku pernah memaki seseorang dengan menghina ibunya. Lalu Nabi shalallahu alaihi wassalam berkata kepadaku, "Wahai Abu Dzar, apakah kau memaki dia dengan menghina ibunya? Rupanya masih ada dalam dirimu karakteristik jahiliyah. Para hambamu adalah saudara-saudaramu yang Allah titipkan di bawah tanggungjawabmu. Oleh karena itu, barangsiapa memiliki hamba sahaya, hendaklah hamba sahaya itu diberikan makanan yang dimakan dan diberi pakaian yang dipakai serta janganlah mereka dibebani dengan pekerjaan yang berada di luar kemampuan mereka. Jika mereka terpaksa mengerjakannya maka bantulah mereka." (Shahih Bukhari Bab Iman)
Adapun
penjelasan haditsnya adalah sebagai berikut :
Abu
Dzar yang dimaksud di sini adalah Abu Dzar Al-Ghifari. Sedangkan
Rabadzah adalah sebuah perkampungan yang berjarak 3 mil dari
Madinah.
Terngiang
secara jelas ucapan Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dan tuntunannya tentang
langkah-langkah yang harus di lakukan seorang muslim yang memiliki
hamba sahaya, penegasan Rasulullah tentang hak sandang, pangan dan
kewajiban pekerjaan yang mereka kerjakan. Bahkan semua orang bisa
melihat bentuk penyesalan Abu Dzar dalam keseharian bersama hamba
sahayanya. Bagi orang yang mulia karena keimanan sepertinya, bukan
suatu masalah jika pakaiannya sama dengan pakaian budak, apalagi
sekadar anak buah atau bawahan. Justru dengan kerelaan memakai dan
memberikan pakaian yang sama, nyatalah Islam mempersamakan derajat
setiap manusia.
Abu
Dzar tidak malu untuk menceritakan kesalahannya asalkan orang lain
dapat belajar dari dirinya. Ia tidak menyembunyikan ilmu agar
terhadap hadits Rasulullah shalallahu alaihi wassalam ini semua umat tahu. Meski dalam
cerita itu ada kesalahan Abu Dzar. Sebab sahabat seperti Abu Dzar
sadar bahwa orang yang baik bukanlah orang yang suci sama sekali dari
kesalahan, namun orang yang menyadari kesalahannya, lalu memperbaiki
diri dan tidak mengulangi.
Rasulullah
shalallahu alaihi wassalam demikian marahnya dengan hinaan seperti itu keluar dari lisan orang
beriman seperti Abu Dzar. Maka beliau menegaskan bahwa menghina ibu
seseorang adalah perbuatan jahiliyah. Betapa tegasnya Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dan
betapa tegasnya Islam itu. Ia tak pandang bulu. Siapa yang salah
harus dibetulkan. Siapa yang bengkok harus diluruskan. Dan hakikat
sesuatu harus diungkapkan. Bahwa hinaan seperti itu adalah perbuatan
jahiliyah yang harus dihindari dan ditiadakan.
Namun
demikian, meskipun menghina yang merupakan kemaksiatan dan segala
kemaksiatan merupakan perbuatan jahiliyah, ia tidak mengeluarkan
pelakunya dari Islam; sepanjang bukan kesyirikan. Inilah aqidah
Islam. Inilah yang diajarkan Rasulullah yang tetap memperlakukan dan
menyayangi Abu Dzar setelah mengingatkannya. Dan inilah yang ingin
disampaikan Imam Bukhari dalam hadits ini.
Demikian kawan, jumputan kearifan dalam kesempatan kali ini, semoga kita dihindarkan dari perbuatan jahiliyah, dan dimudahkan untuk menjalankan Islam yang begitu indah, Aamiin . . .
Akhirul kalam . . .
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh . . .
@_@
Demikian kawan, jumputan kearifan dalam kesempatan kali ini, semoga kita dihindarkan dari perbuatan jahiliyah, dan dimudahkan untuk menjalankan Islam yang begitu indah, Aamiin . . .
Akhirul kalam . . .
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh . . .
@_@
Tidak ada komentar:
Posting Komentar