Minggu, 05 Agustus 2012

Menghina Ibu = Karakteristik Jahiliyah

Bismillahirrahmaanirrahiim . . .

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh kawan . . .

Jumput sana, jumput sini, dan . . . . tarampam pam paaammm . . . inilah hasilnya . . . “Menghina Ibu = Karakteristik Jahiliyah” . . . !!!
 

Manusia bukanlah malaikat. Siapa pun bisa melakukan kesalahan kepada sesamanya. Demikian pula para sahabat. Namun ketika hal itu terjadi, tanpa pandang bulu, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam pun memberikan teguran tegas terhadap pelakunya. Dan hal itu nampak dalam kasus perlakuan Abu Dzar terhadap Bilal bin Rabbah dalam kisah berikut.

*****

حتى أنت يا ابن السوداء تخطئني


Sampai engkau pun menyalahkan saya wahai anak budak hitam !”


Seakan tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut Abu Dzar, Bilal bin Rabbah bangkit meneteskan air mata seraya berucap, "Akan aku adukan perkara ini kepada Rasulullah ". Bantahan Bilal bin Rabbah terhadap pendapat yang di kemukakan Abu Dzar itu membuat Abu Dzar marah dan mengucapkan sebuah ucapan kasar kepada Bilal. Ucapan yang mengungkap dua penghinaan sekaligus. Penghinaan terhadap warna kulitnya dan terhadap sang ibu.

Rasulullah shalallahu alaihi wassalam sangat marah mendengar berita ini dan menegur Abu Dzar,

يا أبا ذر أعيرته بأمه ، إنك امرؤ فيك جاهلية

Wahai Abu Dzar, apakah engkau mencela ibunya ? Sungguh masih ada sisa perkara jahiliyah pada dirimu.!”

Sungguh luar biasa perasaan sedih Abu Dzar, mendapat teguran keras dari Rasulullah shalallahu alaihi wassalam, manusia yang paling ia cintai itu. Menyadari kesalahannya, ia menangis. Meminta agar Rasulullah shalallahu alaihi wassalam memohonkan ampunan bagi dirinya kepada Allah. Ia pun tidak berhenti sampai di situ, ia berbaring di hadapan Bilal, menempelkan wajahnya ke tanah meminta agar Bilal menginjak mukanya seraya berseru, Demi Allah, wahai Bilal injak muka saya.. Engkaulah yang mulia dan akulah yang hina.”

Melihat Abu Dzar yang menangis dengan perasaan bersalah itu, Bilal kemudian membangunkannya dan memeluk Abu Dzar. Mereka pun berpelukan sambil menangis.

Jahiliyah itu Tidak Sederhana !

Allah meletakkan kalimat jahiliyah itu pada 4 (empat) tempat di dalam Al Quran.
  1. Ketika Al Quran menyebutkan tentang prasangka jahiliyah terhadapa Allah (Ali Imron : 154).
  2. Menggunakan hukum jahiliyah di dalam menetapkan sebuah keputusan dari suatu perkara, Allah menyebutnya dengan hukmal Jahiliyah. ( Al Maidah : 50).
  3. Juga ketika Al Quran bicara tentang penampilan jahiliyah. Penampilan yang di larang oleh Allah dan RasulNya (Al Ahzab : 33).
  4. Begitu pula ketika Al Quran membicarakan tentang sikap jahiliyah (kebanggaan/kesombongan/fanatisme) Hamiyyatul Jahiliyyah ( Al Fath : 26).
Jadi memang bukan perkara sederhana. Wajar kalau penyesalan Abu Dzar sedemikian besarnya seperti yang terlihat dari sebuah hadits :

عَنِ الْمَعْرُورِ قَالَ لَقِيتُ أَبَا ذَرٍّ بِالرَّبَذَةِ ، وَعَلَيْهِ حُلَّةٌ ، وَعَلَى غُلاَمِهِ حُلَّةٌ ، فَسَأَلْتُهُ عَنْ ذَلِكَ ، فَقَالَ إِنِّى سَابَبْتُ رَجُلاً ، فَعَيَّرْتُهُ بِأُمِّهِ ، فَقَالَ لِىَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - يَا أَبَا ذَرٍّ أَعَيَّرْتَهُ بِأُمِّهِ إِنَّكَ امْرُؤٌ فِيكَ جَاهِلِيَّةٌ ، إِخْوَانُكُمْ خَوَلُكُمْ ، جَعَلَهُمُ اللَّهُ تَحْتَ أَيْدِيكُمْ ، فَمَنْ كَانَ أَخُوهُ تَحْتَ يَدِهِ فَلْيُطْعِمْهُ مِمَّا يَأْكُلُ ، وَلْيُلْبِسْهُ مِمَّا يَلْبَسُ ، وَلاَ تُكَلِّفُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ ، فَإِنْ كَلَّفْتُمُوهُمْ فَأَعِينُوهُمْ


Dari Al-Ma'rur bahwa ia berkata, "Saya bertemu dengan Abu Dzar di Rabadzah. Beliau dan hamba sahayanya mengenakan pakaian (mantel) yang serupa. Kemudian saya bertanya apa sebabnya mereka mengenakan pakaian yang serupa. Abu Dzar menjawab, 'Aku pernah memaki seseorang dengan menghina ibunya. Lalu Nabi shalallahu alaihi wassalam berkata kepadaku, "Wahai Abu Dzar, apakah kau memaki dia dengan menghina ibunya? Rupanya masih ada dalam dirimu karakteristik jahiliyah. Para hambamu adalah saudara-saudaramu yang Allah titipkan di bawah tanggungjawabmu. Oleh karena itu, barangsiapa memiliki hamba sahaya, hendaklah hamba sahaya itu diberikan makanan yang dimakan dan diberi pakaian yang dipakai serta janganlah mereka dibebani dengan pekerjaan yang berada di luar kemampuan mereka. Jika mereka terpaksa mengerjakannya maka bantulah mereka." (Shahih Bukhari Bab Iman)

Adapun penjelasan haditsnya adalah sebagai berikut :

Abu Dzar yang dimaksud di sini adalah Abu Dzar Al-Ghifari. Sedangkan Rabadzah adalah sebuah perkampungan yang berjarak 3 mil dari Madinah.

Terngiang secara jelas ucapan Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dan tuntunannya tentang langkah-langkah yang harus di lakukan seorang muslim yang memiliki hamba sahaya, penegasan Rasulullah tentang hak sandang, pangan dan kewajiban pekerjaan yang mereka kerjakan. Bahkan semua orang bisa melihat bentuk penyesalan Abu Dzar dalam keseharian bersama hamba sahayanya. Bagi orang yang mulia karena keimanan sepertinya, bukan suatu masalah jika pakaiannya sama dengan pakaian budak, apalagi sekadar anak buah atau bawahan. Justru dengan kerelaan memakai dan memberikan pakaian yang sama, nyatalah Islam mempersamakan derajat setiap manusia.


Abu Dzar tidak malu untuk menceritakan kesalahannya asalkan orang lain dapat belajar dari dirinya. Ia tidak menyembunyikan ilmu agar terhadap hadits Rasulullah shalallahu alaihi wassalam ini semua umat tahu. Meski dalam cerita itu ada kesalahan Abu Dzar. Sebab sahabat seperti Abu Dzar sadar bahwa orang yang baik bukanlah orang yang suci sama sekali dari kesalahan, namun orang yang menyadari kesalahannya, lalu memperbaiki diri dan tidak mengulangi.


Rasulullah shalallahu alaihi wassalam demikian marahnya dengan hinaan seperti itu keluar dari lisan orang beriman seperti Abu Dzar. Maka beliau menegaskan bahwa menghina ibu seseorang adalah perbuatan jahiliyah. Betapa tegasnya Rasulullah shalallahu alaihi wassalam dan betapa tegasnya Islam itu. Ia tak pandang bulu. Siapa yang salah harus dibetulkan. Siapa yang bengkok harus diluruskan. Dan hakikat sesuatu harus diungkapkan. Bahwa hinaan seperti itu adalah perbuatan jahiliyah yang harus dihindari dan ditiadakan.

Namun demikian, meskipun menghina yang merupakan kemaksiatan dan segala kemaksiatan merupakan perbuatan jahiliyah, ia tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam; sepanjang bukan kesyirikan. Inilah aqidah Islam. Inilah yang diajarkan Rasulullah yang tetap memperlakukan dan menyayangi Abu Dzar setelah mengingatkannya. Dan inilah yang ingin disampaikan Imam Bukhari dalam hadits ini.

Demikian kawan, jumputan kearifan dalam kesempatan kali ini, semoga kita dihindarkan dari perbuatan jahiliyah, dan dimudahkan untuk menjalankan Islam yang begitu indah, Aamiin . . .

Akhirul kalam . . .

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh . . .

@_@


Tidak ada komentar:

Posting Komentar