Senin, 07 November 2011

Do’a Seorang Ayah Untuk Anaknya


Syaikh Muhammad al- Mukhtar asy- Syinqithi menceritakan tentang seseorang yang dia adalah orang yang lemah, menderita, dan dalam keadaan yang sempit. Dia pergi mencari nafkah untuk ayahnya. Jika ia datang membawa upah kerjanya hari itu, maka ia letakkan uang- uang itu di atas dipan. Hal itu ia lakukan karena ia malu untuk menyerahkannya langsung dengan tangannya.

Setiap kali ia meletakkan uang di hadapan ayahnya, maka ayahnya selalu berdo’a kepada Allah:
“Ya Allah, berikanlah Rizqi Al- Qur’an kepada anakku, dan jadikan ia sebagai ahli Al- Qur’an”

Demikianlah hingga berlangsung dua puluh (20) tahun, ia sibuk dengan pekerjaannya. Hingga pada suatu hari, ketika ia pulang dari pekerjaannya, Allah berkehendak untuk mempertemukannya dengan seorang ‘alim. Orang ‘alim tersebut adalah seorang tokoh yang pendapat- pendapatnya menjadi pegangan- pegangan orang- orang di negerinya. Orang ‘alim itu bertanya, “Apa kegiatanmu sekarang..?” Laki-laki tersebut menjawab, “Seperti yang anda lihat, saya berusaha mencari nafkah”.

Ulama tersebut berkata lagi, “Bisakah anda menyediakan waktu untuk saya sehari dalam seminggu?”, Laki-laki itu menjawab, “Ya, dengan senang hati”.

Maka laki-laki itu senantiasa pulang pergi kepada ulama itu untuk belajar. Tidak terasa, hingga tibalah hari di mana laki-laki itu harus melakukan tanya jawab pada sebuah sidang untuk mempertahankan risalah doktoralnya dalam bidang tafsir Al- Qur’an.

Ketika ia dipanggil untuk melakukan tanya jawab, dan ia telah duduk, maka tiba-tiba ulama yang menjadi Guru Besar sekaligus Dosennya itu berdiri karena hormat dan memuliakan laki- laki itu, dikarenakan keilmuannya. Kemudian ia berkata kepada laki-laki itu, “Silahkan Syaikh”. Padahal seperti kita ketahui, seorang dosen tidak biasa berdiri untuk memuliakan mahasiswanya.

Kemudian di hadapan khalayak umum, tiba-tiba guru besar itu berkata, “Ilmu dan pengetahuannya tentang Kitabullah yang saya lihat dari laki-laki ini membawa saya untuk menumpahkan rasa hormat kepadanya dan mendorongku untuk memuliakannya”.

Ketika laki-laki itu telah dipersilahkan, maka ia pun duduk sambil bercucuran airmata. Maka sang Guru besar bertanya, “Mengapa anda menangis, padahal kami hanya ingin memuliakan anda?”

Laki- laki itu menjawab, “Saya teringat do’a ayah saya rahimahullah: “Ya Allah, berikan Rizqi Al- Qur’an kepada anakku, dan jadikanlah ia sebagai ahli Al- Qur’an”.

Berkat do’a ayahandanya, Allah Ta’ala telah menghantarkan laki- laki ini meraih kedudukan yang mulia dan terhormat. Wallahu a’lam. (Rahmatudh Dhu’afaa’, dalam bentuk kaset rekaman: Tasjilatut Taqwa, Riyadh, 1417H. Syaikh Muhammad al- Mukhtar asy- Syinqithi).

Sumber: ‘Akhirnya Allah ‘Azza Wa Jalla mengabulkan do’a Mereka: Kisah Do’a Orang- orang yang Dikabulkan!”. Hal. 68- 70. Shalih bin Rasyid bin Muhammad al- Huwaimil. Pustaka Ibnu ‘Umar. Bogor.


http://buletindarulilmy.blogspot.com/2011/04/doa-seorang-ayah-untuk-anaknya.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar