Melanjutkan artikel kemarin tentang figur istri Nabi, Khadijah ra, sekarang kita berlanjut ke figur istri Nabi selanjutnya kawan, yaitu Aisyah. Semoga dengan mempelajari figur-figur seperti mereka, kita bisa sedikit mengambil hikmah dan pembelajaran, aamiin . . .
Selamat membaca kawan . . . !!!
@_@
***
Seorang gadis kecil periang berumur sembilan tahun sedang gembira bermain-main dengan teman-temannya. Rambutnya awut-awutan dan mukanya kotor karena debu. Tiba-tiba beberapa orang yang sudah agak tua muncul dari sebuah rumah di dekat situ dan datang ke tempat anak-anak tadi bermain - main. Mereka lalu membawa anak gadis itu pulang, memberinya pakaian yang rapi, dan malam itu juga, gadis itu dinikahkan dengan laki-laki paling agung di antara manusia, Nabi agama Islam. Suatu penghormatan paling unik yang pernah diterima seorang wanita. Aisyah adalah salah seorang putri tersayang Sayyidina Abu Bakar, sahabat Nabi yang setia, yang kemudian menggantikan Nabi sebagai Khalifah Islam yang pertama.
Selamat membaca kawan . . . !!!
@_@
***
Seorang gadis kecil periang berumur sembilan tahun sedang gembira bermain-main dengan teman-temannya. Rambutnya awut-awutan dan mukanya kotor karena debu. Tiba-tiba beberapa orang yang sudah agak tua muncul dari sebuah rumah di dekat situ dan datang ke tempat anak-anak tadi bermain - main. Mereka lalu membawa anak gadis itu pulang, memberinya pakaian yang rapi, dan malam itu juga, gadis itu dinikahkan dengan laki-laki paling agung di antara manusia, Nabi agama Islam. Suatu penghormatan paling unik yang pernah diterima seorang wanita. Aisyah adalah salah seorang putri tersayang Sayyidina Abu Bakar, sahabat Nabi yang setia, yang kemudian menggantikan Nabi sebagai Khalifah Islam yang pertama.
Gadis
itu lahir di Mekkah 614 Masehi, delapan tahun sebelum permulaan zaman
Hijrah. Orangtuanya sudah memeluk agama Islam. Sejak mulai kecil anak
gadis itu telah dididik sesuai dengan tradisi paling mulia (agama
baru itu) dan dengan sempurna dipersiapkan dan diberinya hak penuh
untuk kemudian menduduki tempat yang mulia. Ia menjadi istri Nabi
selama sepuluh tahun. Masih muda sewaktu dinikahkan dengan Nabi,
tetapi ia memiliki kemampuan sangat baik sehingga dapat menyesuaikan
diri dengan tugas barunya.
Kehadirannya
membuktikan bahwa ia seorang yang cerdas dan setia, dan sebagai
istri, sangat mencintai tokoh dermawan paling besar bagi umat
manusia. Di seluruh dunia, ia diakui sebagai pembawa riwayat paling
otentik bagi dari ajaran Islam seperti apa yang telah disunahkan oleh
suaminya. Ia di anugerahi ingatan yang sangat tajam, dan mampu
mengingat segala pertanyaan yang diajukan para tamu wanita kepada
Nabi, serta juga mengingat segenap jawaban yang diberikan oleh Nabi.
Diingatnya
secara sempurna semua kuliah yang diberikan Nabi kepada para delegasi
dan jemaah di masjid. Karena kamar Aisyah itu bersebelahan dengan
masjid, dengan cermat dan tekun ia mendengarkan dakwah, kuliah, dan
diskusi Nabi dengan para sahabat dan orang-orang lain. Ia mengajukan
juga pertanyaan-per tanyaan kepada Nabi tentang soal-soal yang sulit
dan rumit sehubungan dengan ajaran agama baru itu. Hal-hal inilah
yang menyebabkan ia menjadi ilmuwan dan periwayat yang paling besar
dan paling otentik bagi sunnah Nabi dan ajaran Islam.
Aisyah
tidak ditakdirkan hidup bersama-sama dengan Nabi untuk waktu yang
lama. Pernikahannya itu berlangsung hanya sepuluh tahun saja. Tahun
11 Hijrah, 632 Masehi, Nabi wafat dan dimakamkan di kamar yang dihuni
Aisyah. Nabi digantikan oleh seorang sahabat yang setia, Abu Bakar,
sebagai khalifah islam yang pertama.
Aisyah
terus menduduki urutan kesatu, dan setelah Fatimah meninggal dunia di
tahun 11 Hijrah, Aisyah dianggap sebagai wanita yang paling penting
di dunia Islam. Tetapi ayahnya, Abu Bakar, tidak berumur panjang. Ia
meninggal dunia dua setengah tahun setelah wafat Nabi. Selama
kekuasaan Umar al-Faruq, khalifah yang kedua, Aisyah menduduki posisi
sebagai ibu utama di seluruh daerah-daerah Islam yang secara cepat
makin meluas. Orang datang untuk meminta nasihat-nasihatnya yang
bijaksana tentang segala hal yang penting.
Umar
terbunuh dan kemudian Khalifah Usman. Dua peristiwa kesyahidan
tersebut telah mengguncangkan sendi-sendi negara baru itu, dan
menjurus kepada perpecahan yang tragis di kalangan umat Islam.
Keadaan itu sangat merugikan agama yang sedang menyebar luas dan
berkembang dengan cepat, yang pada waktu itu telah menjalar sampai ke
batas pegunungan Atlas di sebelah Barat, dan ke puncak-puncak Hindu
Kush di sebelah Timur.
Aisyah
tidak dapat tinggal diam sebagai penonton dalam menghadapi
oknum-oknum pemecah-belah itu. Dengan sepenuh hati ia membela mereka
yang menuntut balas atas kesyahidan khalifah yang ketiga. Di dalam
Perang Unta, suatu pertempuran melawan Ali, khalifah yang keempat,
pasukan Aisyah kalah dan ia terus mundur ke Madina di bawah
perlindungan pengawal yang diberikan oleh putra khalifah sendiri.
Beberapa
orang sejarawan yang menaruh minat terhadap peristiwa itu, baik yang
Muslim maupun yang bukan, memberikan kritik kepada Aisyah dalam
pertempuran melawan Ali. Tetapi tidak seorang pun yang meragukan
kesungguhan hati dan keyakinan Aisyah untuk menuntut balas bagi darah
Usman. Aisyah
menyaksikan berbagai perubahan yang dialami oleh Islam selama tiga
puluh tahun kekuasaan khalifah yang saleh. Ia meninggal dunia tahun
678 Masehi. Ketika itu kekuasaan berada di tangan Muawiyah. Penguasa
ini amat takut kepada Aisyah dengan kritik-kritiknya yang pedas
berkenaan dengan negara Islam yang secara politis sedang berubah itu.
Ibu
Utama agama Islam ini terkenal dengan bermacam ragam sifatnya
kesalehannya, umurnya, kebijaksanaannya, kesederhanaannya, kemurahan
hatinya, dan kesungguhan hatinya untuk menjaga kemurnian riwayat
sunnah Nabi. Kesederhanaan dan kesopanannya segera menjadi obor
penyuluh bagi wanita Islam sejak waktu itu juga. Ia menghuni ruangan
yang berukuran kurang dari 12 X 12 kaki bersama – sama dengan Nabi.
Ruangan itu beratap rendah, terbuat dari batang dan daun kurma,
diplester dengan lumpur. Pintunya cuma satu, itu pun tanpa daun
pintu, dan hanya ditutup dengan secarik kain yang digantungkan di
atasnya. Selama masa hidup Nabi, jarang Aisyah tidak kekurangan
makan.
Pada
malam hari ketika Nabi mengembuskan napasnya yang terakhir, Aisyah
tidak nempunyai minyak Waktu Khalifah Umar berkuasa, istri dan
beberapa sahabat Nabi mendapatkan tunjangan yang cukup besar tiap
bulannya. Aisyah jarang menahan uang atau pemberian yang diterimanya
sampai keesokan harinya, karena semuanya itu segera dibagikan kepada
orang-orang yang membutuhkannya. Pada suatu hari di bulan Ramadhan,
waktu Abdullah ibn Zubair menyerahkan sekantung uang sejumlah satu
lakh dirham, Aisyah membagikan uang itu sebelum waktu berbuka puasa.
Aisyah
pada zamannya terkenal sebagai orator. Pengabdiannya kepada masyarakat, dan usahanya untuk mengembangkan pengetahuan orang
tentang sunnah dan fiqh, tidak ada tandingannya di dalam catatan
sejarah Islam. Jika orang menemukan persoalan mengenai sunnah dan
fiqh yang sukar untuk dipecahkan, soal itu akhirnya dibawa kepada
Aisyah, dan kata-kata Aisyah menjadi keputusan terakhir. Kecuali Ali,
Abdullah ibn Abbas dengan Abdullah ibn Umar, Aisyah juga termasuk
kelompok intelektual di tahun-tahun pertama Islam. Ibu
Agung Agama Islam ini mengembuskan napas yang terakhir 17 Ramadhan,
58 Hijriah (13 Juli, 678 Masehi). Kematiannya menimbulkan rasa duka
terutama di Madina dan di seluruh dunia Islam.
Aisyah
bersama Khadijah dan Fatimah az-Zahra dianggap sebagai wanita yang
paling menonjol di kalangan wanita Islam. Kebanyakan para ulama
menempatkan Fatimah di tangga teratas, diikuti oleh Khadijah, dengan
Aisyah sebagai yang terakhir. Tapi ulama ibn Hazim malah menempatkan
Aisyah nomor dua sesudah Nabi Muhammad, di atas semua istri, sahabat,
dan rekan-rekannya. Menurut Allama ibn Taimiya, Fatimah-lah yang
berada di tempat teratas, karena ia itu anak tersayang Nabi, Khadijah
itu agung karena dialah orang pertama yang memeluk agama Islam.
Tetapi, tidak seorang pun yang menandingi Aisyah mengenai peranannya
dalam menyebarluaskan ajaran Nabi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar