Assalamu'alaikum kawan ,,,
Masih melanjutkan artikel sebelumnya tentang figur putri pasangan Khadijah ra - Muhammad SAW, kali ini memasuki pada sosok putri terakhir Beliau, Fatimah binti MUhammad atau yang biasa kita kenal Fatimah Az Zahra. Pada kisah ini terdapat dua macam versi, kawan ,,,
Untuk lebih jelasnya, langsung menuju artikel saja ya ,,,
Selamat membaca ,,,
Semoga bermanfa'at ,,,
@_@
************
Pada suatu hari di Madinah, ketika Nabi Muhammad berada di masjid sedang dikelilingi para sahabat, tiba-tiba anaknya tercinta Fatimah, yang telah menikah dengan Ali (prajurit utama Islam yang terkenal) datang pada Nabi.
Dia meminta dengan sangat kepada ayahnya untuk dapat meminjam seorang pelayan yang dapat membantunya dalam melaksanakan tugas pekerjaan rumah. Dengan tubuhnya yang ceking dan kesehatannya yang buruk, dia tidak dapat melaksanakan tugas menggiling jagung dan mengambil air dari sumur yang jauh letaknya, di samping juga harus merawat anak-anaknya.
- Versi I
Pada suatu hari di Madinah, ketika Nabi Muhammad berada di masjid sedang dikelilingi para sahabat, tiba-tiba anaknya tercinta Fatimah, yang telah menikah dengan Ali (prajurit utama Islam yang terkenal) datang pada Nabi.
Dia meminta dengan sangat kepada ayahnya untuk dapat meminjam seorang pelayan yang dapat membantunya dalam melaksanakan tugas pekerjaan rumah. Dengan tubuhnya yang ceking dan kesehatannya yang buruk, dia tidak dapat melaksanakan tugas menggiling jagung dan mengambil air dari sumur yang jauh letaknya, di samping juga harus merawat anak-anaknya.
Nabi
tampak terharu mendengar permohonan si anak, tapi sementara itu juga
Beliau menjadi agak gugup. Tetapi dengan menekan perasaan, Beliau
berkata kepada sang anak dengan sinis, "Anakku tersayang, aku
tak dapat meluangkan seorang pun di antara mereka yang terlibat dalam
pengabdian 'Ashab-e Suffa. Sudah semestinya kau dapat
menanggung segala hal yang berat di dunia ini, agar kau mendapat
pahalanya di akhirat nanti." Anak itu mengundurkan diri dengan
rasa yang amat puas karena jawaban Nabi, dan selanjutnya tidak pernah
lagi mencari pelayan selama hidupnya.
Fatima
Az-Zahra si cantik dilahirkan delapan tahun sebelum Hijrah di Mekkah
dari Khadijah, istri Nabi yang pertama. Fatimah ialah anak yang
keempat, sedang yang lainnya: Zainab, Ruqaya, dan Ummi Kalsum.
Fatimah dibesarkan di bawah asuhan ayahnya, guru dan dermawan yang
terbesar bagi umat manusia. Tidak seperti anak-anak lainnya, Fatimah
mempunyai pembawaan yang tenang dan perangai yang agak melankolis.
Badannya yang lemah, dan kesehatannya yang buruk menyebabkan ia
terpisah dari kumpulan dan permainan anak-anak. Ajaran, bimbingan,
dan aspirasi ayahnya yang agung itu membawanya menjadi wanita berbudi
tinggi, ramah-tamah, simpatik, dan tahu mana yang benar.
Fatimah,
yang sangat mirip dengan ayahnya, baik roman muka maupun dalam hal
kebiasaan yang saleh, adalah seorang anak perempuan yang paling
disayang ayahnya dan sangat berbakti terhadap Nabi setelah ibunya
meninggal dunia. Dengan demikian, dialah yang sangat besar jasanya
mengisi kekosongan yang ditinggalkan ibunya. Pada beberapa kesempatan
Nabi Muhammad SAW menunjukkan rasa sayang yang amat besar kepada
Fatimah. Suatu saat Beliau berkata, "O... Fatimah, Allah tidak
suka orang yang membuat kau tidak senang, dan Allah akan senang orang
yang kau senangi." Juga Nabi dikabarkan telah berucap: "Fatimah
itu anak saya, siapa yang membuatnya sedih, berarti membuat aku juga
menjadi sedih, dan siapa yang menyenangkannya, berarti menyenangkan
aku juga."
Aisyah,
istri Nabi tercinta pernah berkata, "Saya tidak pernah berjumpa
dengan sosok probadi yang lebih besar daripada Fatimah, kecuali
kepribadian ayahnya."
Atas
suatu pertanyaan, Aisyah menjawab, "Fatima-lah yang paling
disayang oleh Nabi."
Abu Bakar dan Umar keduanya berusaha agar dapat menikah denga Fatimah, tapi Nabi diam saja. Ali yang telah dibesarkan oleh Nabi sendiri, seorang laki-laki yang padanya tergabung berbagai kebajikan yang langka, bersifat kesatria dan penuh keberanian, kesalehan, dan kecerdasan, merasa ragu-ragu mencari jalan untuk dapat meminang Fatimah. Karena dirinya begitu miskin. Tetapi akhirnya ia memberanikan diri meminang Fatimah, dan langsung diterima oleh Nabi. Ali menjual kwiras (pelindung dada dari kulit) miliknya yang bagus. Kwiras ini dimenangkannya pada waktu Perang Badar. Ia menerima 400 dirham sebagai hasil penjualan, dan dengan uang itu ia mempersiapkan upacara pernikahannya. Upacara yang amat sederhana. Agaknya, maksud utama yang mendasari perayaan itu dengan kesederhanaan, ialah untuk mencontohkan kepada para Muslim dan Muslimah perlunya merayakan pernikahan tanpa jorjoran dan serba pamer.
Fatimah
hampir berumur delapan belas tahun ketika menikah dengan Ali. Sebagai
mahar dari ayahnya yang terkenal itu, ia memperoleh sebuah tempat air
dari kulit, sebuah kendi dari tanah, sehelai tikar, dan sebuah batu
gilingan jagung. Kepada putrinya Nabi berkata, "Anakku, aku
telah menikahkanmu dengan laki laki yang kepercayaannya lebih kuat
dan lebih tinggi daripada yang lainnya, dan seorang yang menonjol
dalam hal moral dan kebijaksanaan."
Kehidupan perkawinan Fatimah berjalan lanjcar dalam bentuknya yang sangat sederhana, gigih, dan tidak mengenal lelah. Ali bekerja keras tiap hari untuk mendapatkan nafkah, sedangkan istrinya bersikap rajin, hemat, dan berbakti. Fatimah di rumah melaksanakan tugas-tugas rumah tangga; seperti menggiling jagung dan mengambil air dari sumur.
Pasangan suami-istri ini terkenal saleh dan dermawan. Mereka tidak pernah membiarkan pengemis melangkah pintunya tanpa memberikan apa saja yang mereka punyai, meskipun mereka sendiri masih lapar.Sifat penuh perikemanusiaan dan murah hati yang terlekat pada keluarga Nabi tidak banyak tandingannya. Di dalam catatan sejarah manusia, Fatimah Zahra terkenal karena kemurahan hatinya.
Pada suatu waktu, seorang dari suku bani Salim yang terkenal dalam praktek sihir datang kepada Nabi, melontarkan kata-kata makian. Tetapi Nabi menjawab dengan lemah-lembut. Ahli sihir itu begitu heran menghadapi sikap luar biasa ini, hingga ia memeluk agama Islam. Nabi lalu bertanya: "Apakah Anda berbekal makanan?"
Jawab orang itu: "Tidak."
Maka, Nabi menanyai Muslimin yang hadir di situ: "Adakah orang yang mau menghadiahkan seekor unta untuk tamu kita ini?" Mu'ad ibn Ibada menghadiahkan seekor unta. Nabi sangat berkenan hati dan melanjutkan: "Barangkali ada orang yang bisa memberikan selembar kain untuk penutup kepala saudara seagama Islam?"
Kepala
orang itu tidak memakai tutup sama sekali. Sayyidina Ali langsung
melepas serbannya dan menaruh di atas kepala orang itu.
Kemudian Nabi minta kepada Salman untuk membawa orang itu ke tempat seseorang saudara seagama Islam yang dapat memberinya makan, karena dia lapar. Salman membawa orang yang baru masuk Islam itu mengunjungi beberapa rumah, tetapi tidak seorang pun yang dapat memberinya makan, karena waktu itu bukan waktu orang makan.
Kemudian Nabi minta kepada Salman untuk membawa orang itu ke tempat seseorang saudara seagama Islam yang dapat memberinya makan, karena dia lapar. Salman membawa orang yang baru masuk Islam itu mengunjungi beberapa rumah, tetapi tidak seorang pun yang dapat memberinya makan, karena waktu itu bukan waktu orang makan.
Akhirnya
Salman pergi ke rumah Fatimah, dan setelah mengetuk pintu, Salman
memberi tahu maksud kunjungannya. Dengan air mata berlinang, putri
Nabi ini mengatakan bahwa di rumahnya tidak ada makanan sejak sudah
tiga hari yang lalu. Namun putri Nabi itu enggan menolak seorang
tamu, dan tuturnya: "Saya tidak dapat menolak seorang tamu yang
lapar tanpa memberinya makan sampai kenyang."
Fatimah
lalu melepas kain kerudungnya, lalu memberikannya kepada Salman,
dengan permintaan agar Salman membawanya barang itu ke Shamoon,
seorang Yahudi, untuk ditukar dengan jagung. Salman dan orang yang
baru saja memeluk agama Islam itu sangat terharu. Dan orang Yahudi
itu pun sangat terkesan atas kemurahan hati putri Nabi, dan ia juga
memeluk agama Islam dengan menyatakan bahwa Taurat telah
memberitahukan kepada golongannya tentang berita akan lahirnya sebuah
keluarga yang amat berbudi luhur.
Salman
balik ke rumah Fatimah dengan membawa jagung. Dan dengan tangannya
sendiri, Fatimah menggiling jagung itu, dan membakarnya menjadi roti.
Salman menyarankan agar Fatimah menyisihkan beberapa buah roti untuk
anak-anaknya yang kelaparan, tapi dijawab bahwa dirinya tidak berhak
untuk berbuat demikian, karena ia telah memberikan kain kerudungnya untuk
untuk kepentingan Allah.
Fatimah
dianugerahi lima orang anak, tiga putra: Hasan, Husein, dan Muhsin,
dan dua putri: Zainab dan Umi Kalsum. Hasan lahir pada tahun ketiga
dan Husein pada tahun keempat Hijrah. Muhsin meninggal dunia waktu
masih kecil.
Fatimah merawat luka Nabi sepulangnya dari Perang Uhud. Fatimah juga ikut bersama Nabi ketika merebut Mekkah, begitu juga ia ikut ketika Nabi melaksanakan ibadah Haji Wada' pada akhir tahun 11 Hijrah.
Fatimah merawat luka Nabi sepulangnya dari Perang Uhud. Fatimah juga ikut bersama Nabi ketika merebut Mekkah, begitu juga ia ikut ketika Nabi melaksanakan ibadah Haji Wada' pada akhir tahun 11 Hijrah.
Dalam
perjalanan haji terakhir ini Nabi jatuh sakit. Fatimah tetap
mendampingi beliau di sisi tempat tidur. Ketika itu Nabi membisikkan
sesuatu ke kuping Fatimah yang membuat Fatimah menangis, dan kemudian
Nabi membisikkan sesuatu lagi yang membuat Fatimah tersenyum. Setelah
nabi wafat, Fatimah menceritakan kejadian itu kepada Aisyah. Ayahnya
membisikkan berita kematianya, itulah yang menyebabkan Fatimah
menangis, tapi waktu Nabi mengatakan bahwa Fatimah-lah orang pertama
yang akan berkumpul dengannya di alam baka, maka fatimah menjadi
bahagia.
Tidak
lama setelah Nabi wafat, Fatimah meninggal dunia, dalam tahun itu
juga, eman bulan setelah nabi wafat. Waktu itu Fatimah berumur 28
tahun dan dimakamkan oleh Ali di Jaat ul Baqih (Medina), diantar
dengan dukacita masyarakat luas. Fatimah telah menjadi simbol segala
yang suci dalam diri wanita, dan pada konsepsi manusia yang paling
mulia. Nabi sendiri menyatakan bahwa Fatimah akan menjadi "Ratu
segenap wanita yang berada di Surga."
- Versi II
Fatimah
adalah "ibu dari ayahnya." Dia adalah putri yang mulia
dari dua pihak, yaitu putri pemimpin para makhluq Rasulullah SAW,
Abil Qasim, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib bin Hasyim.
Dia juga digelari Al-Batuul, yaitu yang memusatkan perhatiannya pada
ibadah atau tiada bandingnya dalam hal keutamaan, ilmu, akhlaq, adab,
hasab dan nasab. Fatimah lebih muda dari Zainab, istri Abil Ash bin
Rabi' dan Ruqayyah, istri Utsman bin Affan. Juga dia lebih muda dari
Ummu Kultsum. Dia adalah anak yang paling dicintai Nabi SAW sehingga
beliau bersabda : "Fatimah adalah darah dagingku, apa yang
menyusahkannya juga menyusahkan aku dan apa yang mengganggunya juga
menggangguku." [Ibnul Abdil Barr dalam "Al-Istii'aab"]
Sesungguhnya
dia adalah pemimpin wanita dunia dan penghuni syurga yang paling
utama, putri kekasih Robbil'aalamiin, dan ibu dari Al-Hasan dan
Al-Husein. Az-Zubair bin Bukar berkata : "Keturunan Zainab telah
tiada dan telah sah riwayat, bahwa Rasulullah SAW menyelimuti Fatimah
dan suaminya serta kedua putranya dengan pakaian seraya berkata
: "Ya, Allah, mereka ini adalah ahli baitku. Maka hilangkanlah
dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersihnya."
["Siyar A'laamin Nubala', juz 2, halaman 88]
Dari
Abu Hurairah r.a., dia berkata : "Datang Fatimah kepada Nabi SAW
meminta pelayan kepadanya. Maka Nabi SAW bersabda kepadanya :
"Ucapkanlah : "Wahai Allah, Tuhan pemilik bumi dan Arsy yang
agung. Wahai, Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu yang menurunkan
Taurat, Injil dan Furqan, yang membelah biji dan benih. Aku
berlindung kepadaMu dari kejahatan segala sesuatu yang Engkau kuasai
nyawanya. Engkaulah awal dan tiada sesuatu sebelum-Mu. Engkau-lah
yang akhir dan tiada sesuatu di atas-Mu. Engkau-lah yang batin dan
tiada sesuatu di bawahMu. Lunaskanlah utangku dan cukupkan aku dari
kekurangan." (HR. Tirmidzi)
Inilah
Fatimah binti Muhammad SAW yang melayani diri sendiri dan menanggung
berbagai beban rumahnya. Thabrani menceritakan, bahwa ketika kaum
Musyrikin telah meninggalkan medan perang Uhud, wanita-wanita sahabah
keluar untuk memberikan pertolongan kepada kaum Muslimin. Di antara mereka
yang keluar terdapat Fatimah. Ketika bertemu Nabi SAW, Fatimah
memeluk dan mencuci luka-lukanya dengan air, sehingga darah semakin
banyak yangk keluar. Tatkala Fatimah melihat hal itu, dia mengambil
sepotong tikar, lalu membakar dan membubuhkannya pada luka itu
sehingga melekat dan darahnya berhenti keluar." (HR. Syaikha dan
Tirmidzi)
Dalam
kancah pertarungan yang dialami untuk kita, tampaklah peranan putri
Muslim supaya menjadi teladan yang baik bagi pemudi Muslim masa kini.
Pemimpin wanita penghuni Syurga Fatimah Az-Zahra', putri Nabi SAW, di
tengah-tengah pertempuran tidak berada dalam sebuah panggung yang
besar, tetapi bekerja di antara tikaman-tikaman tombak dan
pukulan-pukulan pedang serta hujan anak panah yang menimpa kaum
Muslimin untuk menyampaikan makanan, obat dan air bagi para prajurit.
Inilah
gambaran lain dari putri sebaik-baik makhluk yang kami persembahkan
kepada para pengantin masa kini yang membebani para suami dengan
tugas yang tidak dapat dipenuhi. Ali r.a. berkata :"Aku menikahi
Fatimah, sementara kami tidak mempunyai alas tidur selain kulit domba
untuk kami tiduri di waktu
malam dan kami letakkan di atas unta untuk mengambil air di siang
hari. Kami tidak mempunyai pembantu selain unta itu." Ketika
Rasulullah SAW menikahkannya (Fatimah), beliau mengirimkannya (unta
itu) bersama satu lembar kain dan bantal kulit berisi ijuk dan dua
alat penggiling gandum, sebuah timba dan dua kendi.
Fatimah
menggunakan alat penggiling gandum itu hingga melecetkan tangannya
dan memikul qirbah (tempat air dari kulit) berisi air hingga berbekas
pada dadanya. Dia menyapu rumah hingga berdebu bajunya dan menyalakan
api di bawah panci hingga mengotorinya juga. Inilah dia, Az-Zahra',
ibu kedua cucu Rasulullah SAW : Al-Hasan dan Al-Husein. Fatimah selalu
berada di sampingnya, maka tidaklah mengherankan bila dia
meninggalkan bekas yang paling indah di dalam hatinya yang penyayang.
Dunia selalu mengingat Fatimah, "ibu ayahnya, Muhammad",
Al-Batuul (yang mencurahkan perhatiannya pada ibadah), Az-Zahra'
(yang cemerlang), Ath-Thahirah (yang suci), yang taat beribadah dan
menjauhi keduniaan. Setiap merasa lapar, dia selalu sujud, dan setiap
merasa payah, dia selalu berdzikir.
Imam
Muslim menceritakan kepada kita tentang keutamaan-keutamaannya dan
meriwayatkan dari Aisyah' r.a. dia berkata : "Pernah istri-istri
Nabi SAW berkumpul di tempat Nabi SAW. Lalu datang Fatimah r.a.
sambil berjalan, sedang jalannya mirip dengan jalan Rasulullah SAW.
Ketika Nabi SAW melihatnya, beliau menyambutnya seraya berkata
: "Selamat datang, putriku."
Kemudian beliau mendudukkannya di sebelah kanan atau kirinya. Lalu dia berbisik kepadanya. Maka Fatimah menangis dengan suara keras. Ketika melihat kesedihannya, Nabi SAW berbisik kepadanya untuk kedua kalinya, maka Fatimah tersenyum. Setelah itu aku berkata kepada Fatimah : Rasulullah SAW telah berbisik kepadamu secara khusus di antara istri-istrinya, kemudian engkau menangis!" Ketika Nabi SAW pergi, aku bertanya kepadanya : "Apa yang dikatakan Rasulullah SAW kepadamu ?"
Fatimah menjawab :"Aku tidak akan menyiarkan rahasia RasulAllah SAW."
Aisyah berkata :"Ketika Rasulullah SAW wafat, aku berkata kepadanya : "Aku mohon kepadamu demi hakku yang ada padamu, ceritakanlah kepadaku apa yang dikatakan Rasulullah SAW kepadamu itu ?"
Kemudian beliau mendudukkannya di sebelah kanan atau kirinya. Lalu dia berbisik kepadanya. Maka Fatimah menangis dengan suara keras. Ketika melihat kesedihannya, Nabi SAW berbisik kepadanya untuk kedua kalinya, maka Fatimah tersenyum. Setelah itu aku berkata kepada Fatimah : Rasulullah SAW telah berbisik kepadamu secara khusus di antara istri-istrinya, kemudian engkau menangis!" Ketika Nabi SAW pergi, aku bertanya kepadanya : "Apa yang dikatakan Rasulullah SAW kepadamu ?"
Fatimah menjawab :"Aku tidak akan menyiarkan rahasia RasulAllah SAW."
Aisyah berkata :"Ketika Rasulullah SAW wafat, aku berkata kepadanya : "Aku mohon kepadamu demi hakku yang ada padamu, ceritakanlah kepadaku apa yang dikatakan Rasulullah SAW kepadamu itu ?"
Fatimah
pun menjawab : "Adapun sekarang, maka baiklah. Ketika berbisik
pertama kali kepadaku, beliau mengabarkan kepadaku bahwa Jibril
biasanya memeriksa bacaannya terhadap Al Qur'an sekali dalam setahun,
dan sekarang dia memerika bacaannya dua kali. Maka, kulihat ajalku
sudah dekat. Takutlah kepada Allah dan sabarlah. Aku adalah
sebaik-baik orang yang mendahuluimu."
Fatimah berkata : "Maka aku pun menangis sebagaimana yang engkau lihat itu. Ketika melihat kesedihanku, beliau berbisik lagi kepadaku, dan berkata : "Wahai, Fatimah, tidakkah engkau senang menjadi pemimpin wanita-wanita kaum Mu'min atau ummat ini ?" Fatimah berkata : "Maka aku pun tertawa seperti yang engkau lihat."
Fatimah berkata : "Maka aku pun menangis sebagaimana yang engkau lihat itu. Ketika melihat kesedihanku, beliau berbisik lagi kepadaku, dan berkata : "Wahai, Fatimah, tidakkah engkau senang menjadi pemimpin wanita-wanita kaum Mu'min atau ummat ini ?" Fatimah berkata : "Maka aku pun tertawa seperti yang engkau lihat."
Inilah
dia, Fatimah Az-Zahra'. Dia hidup dalam kesulitan, tetapi mulia dan
terhormat. Dia telah menggiling gandum dengan alat penggiling hingga
berbekas pada tangannya. Dia mengangkut air dengan qirbah
hingga berbekas pada dadanya. Dan dia menyapu rumahnya hingga berdebu
bajunya. Ali r.a. telah membantunya dengan melakukan pekerjaan di
luar. Dia berkata kepada ibunya, Fatimah binti Asad bin Hasyim
: "Bantulah pekerjaan putri Rasulullah SAW di luar dan mengambil
air, sedangkan dia akan mencukupimu bekerja di dalam rumah : yaitu
membuat adonan tepung, membuat roti dan menggiling gandum."
Tatkala
suaminya, Ali, mengetahui banyak hamba sahaya telah datang kepada
Nabi SAW, Ali berkata kepada Fatimah, "Alangkah baiknya bila
engkau pergi kepada ayahmu dan meminta pelayan darinya."
Kemudian Fatimah datang kepada Nabi SAW.
Maka beliau bertanya kepadanya : "Apa sebabnya engkau datang, wahai anakku ?"
Fatimah menjawab :"Aku datang untuk memberi salam kepadamu."
Fatimah merasa malu untuk meminta kepadanya, lalu pulang. Keesokan harinya, Nabi SAW datang kepadanya, lalu bertanya : "Apakah keperluanmu ?" Fatimah diam.
Maka beliau bertanya kepadanya : "Apa sebabnya engkau datang, wahai anakku ?"
Fatimah menjawab :"Aku datang untuk memberi salam kepadamu."
Fatimah merasa malu untuk meminta kepadanya, lalu pulang. Keesokan harinya, Nabi SAW datang kepadanya, lalu bertanya : "Apakah keperluanmu ?" Fatimah diam.
Ali
r.a. lalu berkata :"Aku akan menceritakannya kepada Anda, wahai
Rasululllah. Fatimah menggiling gandum dengan alat penggiling hingga
melecetkan tangannya dan mengangkut qirbah berisi air hingga berbekas
di dadanya. Ketika hamba sahaya datang kepada Anda, aku menyuruhnya
agar menemui dan meminta pelayan dari Anda, yang bisa membantunya
guna meringankan bebannya."
Kemudian
Nabi SAW bersabda : "Demi Allah, aku tidak akan memberikan
pelayan kepada kamu berdua, sementara aku biarkan perut penghuni
Shuffah merasakan kelaparan. Aku tidak punya uang untuk nafkah
mereka, tetapi aku jual hamba sahaya itu dan uangnya aku gunakan
untuk nafkah mereka."
Maka
kedua orang itu pulang. Kemudian Nabi SAW datang kepada mereka ketika
keduanya telah memasuki selimutnya. Apabila keduanya menutupi kepala,
tampak kaki-kaki mereka, dan apabila menutupi kaki, tampak
kepala-kepala mereka. Kemudian mereka berdiri. Nabi SAW bersabda
: "Tetaplah di tempat tidur kalian. Maukah kuberitahukan kepada
kalian yang lebih baik daripada apa yang kalian minta dariku ?"
Keduanya
menjawab : "Iya."
Nabi SAW bersabda: "Kata-kata yang diajarkan Jibril kepadaku, yaitu hendaklah kalian mengucapkan : Subhanallah setiap selesai shalat 10 kali, Alhamdulillaah 10 kali dan Allahu Akbar 10 kali. Apabila kalian hendak tidur, ucapkan Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali dan takbir (Allahu akbar) 33 kali."
Nabi SAW bersabda: "Kata-kata yang diajarkan Jibril kepadaku, yaitu hendaklah kalian mengucapkan : Subhanallah setiap selesai shalat 10 kali, Alhamdulillaah 10 kali dan Allahu Akbar 10 kali. Apabila kalian hendak tidur, ucapkan Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali dan takbir (Allahu akbar) 33 kali."
Dalam
mendidik kedua anaknya, Fatimah memberi contoh : Adalah Fatimah
menimang-nimang anaknya, Al-Husein seraya melagukan : "Anakku ini
mirip Nabi, tidak mirip dengan Ali."
Dia memberikan contoh kepada kita saat ayahandanya wafat. Ketika ayahnya menjelang wafat dan sakitnya bertambah berat, Fatimah berkata : "Aduh, susahnya Ayah !"
Nabi SAW menjawab :"Tiada kesusahan atas Ayahanda sesudah hari ini."
Tatkala ayahandanya wafat, Fatimah berkata : "Wahai, Ayah, dia telah memenuhi panggilan Tuhannya. Wahai, Ayah, di surfa Firdaus tempat tinggalnya. Wahai, Ayah, kepada Jibril kami sampaikan beritanya."
Dia memberikan contoh kepada kita saat ayahandanya wafat. Ketika ayahnya menjelang wafat dan sakitnya bertambah berat, Fatimah berkata : "Aduh, susahnya Ayah !"
Nabi SAW menjawab :"Tiada kesusahan atas Ayahanda sesudah hari ini."
Tatkala ayahandanya wafat, Fatimah berkata : "Wahai, Ayah, dia telah memenuhi panggilan Tuhannya. Wahai, Ayah, di surfa Firdaus tempat tinggalnya. Wahai, Ayah, kepada Jibril kami sampaikan beritanya."
Fatimah
telah meriwayatkan 18 hadits dari Nabi SAW. Di dalam Shahihain
diriwayatkan satu hadits darinya yang disepakati oleh Bukhari dan
Muslim dalam riwayat Aisyah. Hadits tersebut diriwayatkan oleh
Tirmidzi, Ibnu Majah dan Abu Dawud. Ibnul Jauzi berkata : "Kami
tidak mengetahui seorang pun di antara putri-putri Rasulullah SAW
yang lebih banyak meriwayatkan darinya selain Fatimah."
Fatimah
pernah mengeluh kepada Asma' binti Umais tentang tubuh yang kurus.
Dia berkata : "Dapatkah engkau menutupi aku dengan sesuatu ?"
Asma' menjawab : "Aku melihat orang Habasyah membuat usungan untuk wanita dan mengikatkan keranda pada kaki-kaki usungan."
Maka Fatimah menyuruh membuatkan keranda untuknya sebelum dia wafat.
Asma' menjawab : "Aku melihat orang Habasyah membuat usungan untuk wanita dan mengikatkan keranda pada kaki-kaki usungan."
Maka Fatimah menyuruh membuatkan keranda untuknya sebelum dia wafat.
Fatimah
melihat keranda itu, maka dia berkata : "Kalian telah menutupi
aku, semoga Allah menutupi aurat kalian." [Imam Adz- Dzhabi
telah meriwayatkan dalam "Siyar A'laamin Nubala'.
Semacam itu juga dari Qutaibah bin Said dari Ummi Ja'far] Ibnu Abdil Barr berkata : "Fatimah adalah orang pertama yang dimasukkan ke keranda pada masa Islam." Dia dimandikan oleh Ali danAsma', sedang Asma' tidak mengizinkan seorang pun masuk. Ali r.a. berdiri di kuburnya dan berkata : "Setiap dua teman bertemu tentu akan berpisah dan semua yang di luar kematian adalah sedikit kehilangan satu demi satu adalah bukti bahwa teman itu tidak kekal."
Semacam itu juga dari Qutaibah bin Said dari Ummi Ja'far] Ibnu Abdil Barr berkata : "Fatimah adalah orang pertama yang dimasukkan ke keranda pada masa Islam." Dia dimandikan oleh Ali danAsma', sedang Asma' tidak mengizinkan seorang pun masuk. Ali r.a. berdiri di kuburnya dan berkata : "Setiap dua teman bertemu tentu akan berpisah dan semua yang di luar kematian adalah sedikit kehilangan satu demi satu adalah bukti bahwa teman itu tidak kekal."
Semoga
Allah SWT meridhoinya. Dia telah memenuhi pendengaran, mata dan hati.
Dia adalah 'ibu dari ayahnya', orang yang paling erat hubungannya
dengan Nabi SAW dan paling menyayanginya. Ketika Nabi SAW terluka
dalam Perang Uhud, dia keluar bersama wanita-wanita dari Madinah
menyambutnya agar hatinya tenang. Ketika melihat luka-lukanya,
Fatimah langsung memeluknya. Dia mengusap darah darinya,
kemudian mengambil air dan membasuh mukanya.
Betapa
indah situasi di mana hati Muhammad SAW berdenyut menunjukkan cinta
dan sayang kepada putrinya itu. Seakan-akan kulihat Az-Zahra' a.s.
berlinang air mata dan berdenyut hatinya dengan cinta dan kasih
sayang.
Selanjutnya, inilah dia, Az-Zahra', putri Nabi SAW, putri sang pemimpin. Dia memberi contoh ketika keluar bersama 14 orang wanita, di antara mereka terdapat Ummu Sulaim binti Milhan dan Aisyah Ummul Mu'minin r.a. Dan mengangkut air dalam sebuah qirbah dan bekal di atas punggungnya untuk memberi makan kaum Mu'minin yang sedang berperang menegakkan agama Allah SWT.
Semoga kita semua, bisa meneladani para wanita mulia tersebut. Amin yaa Robbal'aalamiin.
Sumber : http://alhakimbestari.org/pdf/28-ISTERI DAN ANAK NABI MUHAMMAD.pdf
Selanjutnya, inilah dia, Az-Zahra', putri Nabi SAW, putri sang pemimpin. Dia memberi contoh ketika keluar bersama 14 orang wanita, di antara mereka terdapat Ummu Sulaim binti Milhan dan Aisyah Ummul Mu'minin r.a. Dan mengangkut air dalam sebuah qirbah dan bekal di atas punggungnya untuk memberi makan kaum Mu'minin yang sedang berperang menegakkan agama Allah SWT.
Semoga kita semua, bisa meneladani para wanita mulia tersebut. Amin yaa Robbal'aalamiin.
Sumber : http://alhakimbestari.org/pdf/28-ISTERI DAN ANAK NABI MUHAMMAD.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar