Bismillahirrahmanirrahiim
. . .
Tsa'labah, siapa sih yang
tak kenal dengannya ???
Kisah beliau ini, memang
amat sangat terkenal. Hingga hampir semua orang, sudah tidak asing
lagi mendengar kisahnya. Mulai dari ceramah-ceramah yang terlontar
dari ustad/ustadzah, ataupun lewat bahan bacaan, kisahnya sering
menjadi topik wacananya.
Tapi, tidak ada salahnya
bukan ??? Ketika kisah ini ditampilkan ulang, sekedar mengingatkan
diriku, dirimu dan diri kita sekalian. Sebuah perenungan untuk kita
bersama . . .
Yuk mari . . .
Semoga bermanfa'at . . .
@_@
Siang itu Rasulullah
sedang sholat berjamaah bersama para sahabat beliau. Diantara
sederetan sahabat yang makmum di belakang Rasulullah, nampak seorang
tengah baya yang kusut rambutnya dengan berpakaian lusuh, Ia dikenal
sebagai seorang sahabat Rasulullah yang tekun beribadah. Setelah
Rosulullah menyelesaikan sholat, sahabat berpakian lusuh itu segera
beranjak pulang tanpa membaca wirid dan berdoa terlebih dahulu,
Rasulullah menegurnya, “Tsa’labah!, mengapa engkau tergesa-gesa
pulang. Tidakkah engakau berdoa terlebih dahulu. Bukanlah
tergesa-gesa keluar dari masjid adalah kebiasaan orang-orang
munafik.”
Tsa'labah menghentikan
langkahnya, ia sangat malu ditegur oleh Rosulullah, tetapi apa mau
dikata, terpaksa ia berterus terang kepada Rosulullah. “Wahai
Rosulllah, kami hanya memiliki sepasang pakaian untuk sholat dan saat
ini istriku di rumah belum melaksanakannya sholat karena menunggu
pakaian yang aku kenakan ini, Pakaian yang hanya sepasang ini kami
pergunakan sholat secara bergantian. Kami sangat miskin, untuk itu,
Wahai Rosulullah. Jika engkau berkenan, doakanlah kami agar Allah
menghilangkan semua kemiskinan kami ini dan memberi rezeki yang
banyak.
Rosulullah tersenyum
mendengar penuturan Tsa'labah, lalu beliau berkata, ”Tsa”labah
sahabatku, engkau dapat mensyukuri hartamu yang sedikit itu lebih
baik dari pada engkau bergelimangkan harta tetapi engkau menjadi
manusia yang kufur. Nasehat Rasulullah sedikit menghibur hati
Tsa'labah, karena sesungguhnya yang ada dalam benaknya adalah dia
sudah bosan menjalani hidup yang serba kekurangan. Satu-satunya cara
agar cepat menjadi kaya adalah memohon doa kepada Rosulullah, karena
Doa seorang utusan Allah pasti didengar Allah, itulah yang selalu
menjadi angan-angan Tsa’labah.
Hingga keesokan harinya
ia kembali menemui Rosululllah, dan memohon agar beliau mau
mendoakannya agar menjadi orang kaya. Rosulullah kembali menasehati,
“Wahai Tsa’Labah. Demi Dzat diriku, diriku berada ditanganNya,
seandainya aku memohon kepada Allah agar Gunung Uhud menjadi emas,
Allah pasti mengabulkannya, tetapi apa yang terjadi jika gunung uhud
benar-benar menjadi emas, masdjid-masdjid akan sepi!. Semua orang
akan sibuk memupuk kekayaan dari gunung itu, aku khawatir jika engkau
menjadi orang kaya engkau akan lupa beribadah kepada Allah.
Tsa”labah terdiam
mendengar nasehat Rosulullah namun dalam hatinya berkecamuk. “Aku
mengerti Rosululllah tidak mau mendo’akan karena beliau sayang
kepadaku, beliau khawatir jika aku menjadi orang kaya aku akan
menjadi golongan orang-orang yang khufur, tetapi aku tidak seburuk
itu, justru dengan kekayaan yang aku miliki aku akan membela agama
ini dengan hartaku.
Akhirnya Tsa’labah
pulang, ia merasa malu apabila terus memaksa Rosulullah agar mau
mendo’akannya, namun keesokan harinya ia tidak kuasa menahan
dorongan hatinya untuk segera terbebas dari belenggu kemiskinan yang
kian menghimpitnya. Ditemuinya Rosululllah, ya memohon untuk yang
ketiga kalinya aga Rosulullah mau mendo’akan. Kali ini Rosulullah
tidak bisa menolak keinginan Tsa’Labah, beliau menengadahkan tangan
kelangit. Ya…ALLAH…limpahkanlah rejekiMU kepada Tsa’Labah”.
Kemudian Rosulullah
memberikan kambing betina yang sedang bunting kepada Tsa’Labah,
”Peliharalah kambing ini baik-baik….pesan Rasulullah. Tsa’Labah
pulang membawa kambing pemberian Rasulullah dengan hati yang
berbunga-bunga.” Dengan modal kambing serta Do’a Rasulullah, aku
yakin aku akan menjadi orang yang kaya raya.
Hari-berganti hari, bulan
berganti bulan Tsa’Labah yang dulu miskin dan lusuh telah berubah
menjadi orang yang kaya yang terpandang, Kambingnya berjumlah ribuan,
di setiap lembah dan bukit terdapat kambingnya Tsa’Labah.
Pagi itu Tsa’Labah
berjalan-jalan meninjau kandang-kandang kambing yang sudah tidak
sesuai dengan jumlah kambing yang terus berkembang biak. “Hmmm. Aku
harus pindah dari sini mencari lahan yang lebih luas untuk menampung
kambing-kambingku. Akhirnya Tsa’Labah menemui lahan yang luas
dipiggir Madinah. Di sana ia membangun kandang-kandang baru yang
lebih besar. Namun demikian perkembangan kambing-kambing Tsa’Labah
bagaikan air bah yang sulit di bendung. Kadang-kadang yang baru
dibangun itu sudah penuh sesak oleh ribuan kambing, Dengan demikian
Tsa’Labah setiap hari disibukkan terus dengan harta kekayaannnya,
Ia yang dulu setiap sholat lima waktu selalu berjamaah di masdjid
sekarang datang ke masdjid hanya pada waktu sholat dhuhur dan ashar
saja.
Kini kandang kambing yang
baru dibangun Tsa’Labah di pinggin Madinah sudah tidak lagi
memenuhi syarat, maka ia memutuskan untuk mencari area yang lebih
luas lagi, tsa’Labah sudah tidak memikirkan lagi bagai mana
ibadahnya bila jauh dari Madinah. Kepalanya sudah dipenuhi dengan
hubbudhunya, sehingga ia datang ke masdjid hanya satu kali dalam satu
minggu pada sholat Jum’at. Dengan demikian derasnya harta yang
mengalir di rumah Tsa’labah kini ia lebih senang tinggal dirumah
dari pada jauh-jauh datang ke masdjid, bahkan sholat jum’at pun ia
sudah tak datang lagi ke masjid. Sampai Rosulullah bertanya, ”
Wahai sahabatku. sudah sekian lama Tsa’Labah tidak keliahatan di
masjid, tahukan kalian kemana dan bagaimana keadaannya sekarang?"
“Wahai
Rosulullah. Tsa’Labah sudah menjadi orang kaya. Lembah-lembah di
Madinah maupun di luar Madinah telah penuh sesak dengan
kambing-kambingnya Tsa’Labah.”
“ Benarkah,
mengapa ia tidak pernah menyerahkan Shodakahnya sedikitpun?”.
Setelah Allah menurunkan
ayat tentang kewajipan Zakat. Rosulullah mengutus dua orang sahabat
untuk menjadi amil zakat, seluruh umat islam di Madinah yang hartanya
dipandang sudah Nisob zakat didatangi, tak terkecuali Tsa’Labah pun
menjadi giliran. Kedua utusan Rosulullah membacakan ayat zakat
dihadapan Tsa’Labah. Kemudian setelah dihitung dari seluruh harta
kekayaannya ternyata memang banyak harta Tsa’Labah yang harus
diserahkan sebagai zakat. Tak disangka Tsa’Labah mukanya berubah
merah, ia berang. “Apa-apaan ini. Kalian mengatakan ini zakat
tetapi menurutku ini lebih tepat disebut upeti!. Pajak!. Sejak kapan
Rosulullah menarik upeti Hah.!? Aku bisa rugi” ucap Tsa’Labah.
“Kalian pulang saja aku tidak mau menyerahkan hartaku ..!”
Kedua utusan Rosulullah
kembali menghadap Rosulullah dan menceritakan semua perbuatan
Tsa’Labah, beliau bersedih telah kehilangan seorang sahabat yang
dulu tekun beribadah ketika miskin namun setelah kaya ia telah
terpengaruh dengan harta kekayaannya. “Sunggu celaka Tsa’Labah..
Celakalah ia..”
Kemudian Allah menurunkan
ayat 75 dalam surat At-Taubah tantang ciri-ciri orang MUNAFIK. Ayat
ini segera menyebar keseluruh muslimin di Madinah sehingga ada salah
seorang sahabat Tsa’Labah yang datang memberi tahunya. Celakalah
engkau Tsa’Labah, Allah telah menurunkan ayat karena tingkah
perbuatanmu. Tsa’labah tertegun, ia baru sadar bahwa nafsu angkara
murka telah lama memperbudaknya. Kini ia bergegas menghadap
Rosulullah dengan membawa zakat dari seluruh hartanya, Namun
Rosulullah tidak berkata apa-apa kecuali hanya sepatah kata, Sebab
kedurhakaanmu Allah melarangku untuk menerima zakatmu.
Rosulullah mengambil
segenggam tanah lalu dutaburkan ditas kepala Tsa’Labah, “Inilah
perumpamaan amalanmu selama ini. sia-sia belaka. Aku telah
perintahkan agar engkau menyerahkan zakat tetapi engkau menolak,
celakalah engkau Tsa’Labah”. Tsa’Labah kembali kerumahnya,
dengan penyesalan yang tanpa batas dan tiada arti. Sampai suatu hari
terdengar kabar Rosulullah telah wafat, ia semakin bersedih karena
taubatnya tidak diterima oleh Rosulullah hingga beliau wafat.
Tsa’Labah mencoba mendatangi Khalifah Abu Bakar sebagai pengganti
Rosulullah, ia datang membawa zakat. Abu Bakar hanya berkata
“Rasulullah saja tidak mau menerima zakatmu, bagaimana mungkin aku
dapat menerima zakatmu.!”
Demikian pula dizaman
kekholifahaan Umar bin Khatab, Tsa’labah mencoba menyerahkan zakat,
Umar pun tidak mau menerima sebagai mana Rosulullah dan Abu
bakar tidak mau menerima zakatnya, Bahkan sampai kholifah Usman bin
Affan juga tidak mau menerima zakat Tsa’labah karena Rosulullah,
Abu Bakar dan Umar tidak mau menerima zakatnya.
*****
Dimanakah Ts'alabah
sekarang?
Jangan-jangan kitalah
Tsa'labah-Tsa'labah baru yang dengan linangan air mata memohon agar
rezeki Allah turun kepada kita, dan ketika rezeki itu turun, dengan
sombongnya kita lupakan ayat-ayat Allah.
Bukankah kita dengan
alasan sibuk berbisnis tak lagi sempat sholat lima waktu. Bukankah
dengan alasan ada "meeting penting" kita lupakan perintah
untuk sholat Jum'at. Bukankah ketika ada yang meminta sedekah dan
zakat, kita ceramahi mereka dengan cerita bahwa harta yang kita
miliki ini hasil kerja keras, siang-malam membanting tulang; bukan
turun begitu saja dari langit, lalu mengapa orang-orang mau enaknya
saja minta sedekah tanpa harus kerja keras.
Kitalah
Tsa'labah....Tsa'labah ternyata masih hidup dan "mazhab"-nya
masih kita ikuti...
Konon, ada riwayat yang
memuat saran Nabi Muhammad SAW (dan belakangan digubah menjadi puisi
oleh Taufiq Ismail),
"Bersedekahlah, dan
jangan tunggu satu hari nanti di saat engkau ingin bersedekah tetapi
orang miskin menolaknya dan mengatakan 'kami tak butuh uangmu, yang
kami butuhkan adalah darahmu'!"
Dahulu Tsa'labah menangis
di depan Nabi yang tak mau menerima zakatnya. Sekarang ditengah
kesenjangan sosial di negeri kita, jangan-jangan kita bukan hanya
akan menangis namun berlumuran darah ketika orang miskin menolak
sedekah dan zakat kita!
* dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar