Bismillahirrahmanirrahiim . . .
Pernikahan yang disegerakan insya-Allah penuh barakah dan diridhai Allah. Di dalamnya, Allah mencurahkan perasaan sakinah kepada suami-istri tersebut. Bahkan, suasana sakinah juga terasakan oleh seisi rumah, sanak famili yang mengetahui, serta orangtua dari keduanya, kecuali bagi mereka yang sedang merasakan kekeruhan dalam jiwanya.
Kalau suatu saat Anda naik motor dan menjumpai tikungan tajam, apa yang Anda lakukan? Apakah Anda akan segera membelokkan kemudi tanpa mengurangi kecepatan karena ingin cepat sampai? Atau, Anda mengurangi kecepatan sedikit, menelikung dengan miring, dan sesudah berbelok baru menambah kecepatan sedikit demi sedikit?
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh kawan . . .
Perbedaan Antara Menyegerakan dan Tergesa-gesa Dalam Pernikahan, begitulah kira-kira topik sulaman kearifan yang bersumber dari buku "Kado Pernikahan" dalam kesempatan kali ini, kawan . . .
Perbedaan Antara Menyegerakan dan Tergesa-gesa Dalam Pernikahan, begitulah kira-kira topik sulaman kearifan yang bersumber dari buku "Kado Pernikahan" dalam kesempatan kali ini, kawan . . .
Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa salah
satu perkara yang perlu disegerakan adalah menikah. Begitu Islam
mengajarkan. Menyegerakan bagi seorang laki-laki yang telah mencapai
ba'ah adalah dengan segera meminang wanita baik-baik yang ia
mantap dengannya. Ia mendatangi orang tua wanita tersebut dengan
menjaga adab sambil membersihkan niat.
Rasulullah
Muhammad shalallahu alaihi wassalam bersabda:
"Barangsiapa
yang dimudahkan baginya untuk menikah, lalu ia tidak menikah, maka
tidaklah ia termasuk golonganku." (HR Ath-Thabrani dan
Al-Baihaqi).
Nabi
kita juga mengingatkan, "Bukan termasuk golonganku orang yang
merasa khawatir akan terkungkung hidupnya karena menikah, kemudian ia
tidak menikah." (HR Ath-Thabrani).
Sedang
menyegerakan nikah bagi keluarga wanita adalah dengan mempercepat
pelaksanaan jika tidak ada kesulitan yang menghalangi. Juga,
menyederhanakan proses agar tidak membebani kedua mempelai.
Menyegerakan
nikah insya-Allah lebih dekat kepada pertolongan Allah dan syafa'at
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah akan
menyempurnakan setengah agama kita kalau kita menyegerakan menikah.
Insya-Allah, kita akan mendapati pernikahan yang barakah.
Sebuah pernikahan yang barakah akan menjadikan orang-orang
yang ada di dalamnya tenteram dan saling memberi manfaat. Mereka akan
memperoleh kebahagiaan dan terhindar dari hidup yang sia-sia. Seorang
pemalas akan menjadi rajin, seorang peragu akan memperoleh yakin, dan
seorang yang bimbang akan memperoleh keteguhan.
Nikah
adalah satu di antara tiga perkara yang sunnah untuk disegerakan.
Allah akan melimpahkan ridha-Nya kepada orang yang menyegerakan
nikah. Mereka yang menyegerakan nikah atau membantu orang untuk
menyegerakan nikah, insya-Allah akan mendapati rahmat dan
perlindungan Allah kelak di yaumil-hisab. Sebab, sesungguhnya
perbuatan menyegerakan nikah merupakan perkara yang disunnahkan oleh
Rasulullah. Dan setiap perkara yang disunnahkan, adalah tindakan yang
diridhai dan dicintai Allah. Wallahu
A'lam bishawab.
Kita
disunnahkan untuk menyegerakan pernikahan. Meskipun demikian,
kita bisa jadi terjatuh pada tindakan tergesa-gesa. Bersegera,
akan mendekatkan orang kepada saat menikah. Penantian yang telah
melewati berpuluh-puluh malam, insya-Allah segera terbayarkan dengan
akad nikah yang dalam waktu dekat akan terlaksana. Sementara itu,
tergesa-gesa bisa jadi justru menjadikan tibanya saat akad
nikah harus melalui waktu yang lama.
Ada
perbedaan yang jauh antara pernikahan yang disegerakan dengan
pernikahan yang dilaksanakan secara tergesa-gesa. Waktu yang
dibutuhkan dari peminangan sampai akad nikah bisa jadi sama. Tetapi,
suasana yang terbawa dalam rumah tangga sangat berbeda.
Pernikahan yang disegerakan insya-Allah penuh barakah dan diridhai Allah. Di dalamnya, Allah mencurahkan perasaan sakinah kepada suami-istri tersebut. Bahkan, suasana sakinah juga terasakan oleh seisi rumah, sanak famili yang mengetahui, serta orangtua dari keduanya, kecuali bagi mereka yang sedang merasakan kekeruhan dalam jiwanya.
Jika
pernikahan yang disegerakan lebih dekat kepada kemaslahatan dan
barakah, maka pernikahan yang tergesa-gesa lebih dekat kepada
kegersangan dan kekecewaan. Pernikahan yang tergesa-gesa mendatangkan
penyesalan dan ketidakbahagiaan. Ia mendapati istrinya menyusahkan
dan membuatnya cepat beruban sebelum waktunya.
Mari
kita coba telisik kepada penghujung do'a Nabi Daud 'alaihissalam,
"Ya Allah, … Hindarkanlah saya dari anak-anak yang durhaka
terhadap orangtuanya; harta yang jadi bencana bagi saya maupun orang
lain; tetangga yang buruk sifatnya, yaitu jika melihat kebaikan pada
saya difitnahnya dan jika melihat keburukan disebarluaskannya, dan
istri yang menyusahkan, membuat saya beruban sebelum waktunya."
Jika
pernikahan yang barakah membuat rumah terasa damai dan penuh
kasih sayang, pernikahan yang tidak barakah mengakibatkan
rumah terasa sempit dan orang tidak menemukan kedamaian di dalamnya.
Ukuran fisiknya barangkali luas, bahkan jauh melebihi kebutuhan. Akan
tetapi, tidak ada kelapangan di dalamnya. Betapa bedanya antara luas
dan lapang.
Pernikahan
yang barakah insya-Allah akan kita dapati ketika kita
menyegerakan nikah. Tetapi, pernikahan yang dilakukan tergesa-gesa
justru bisa melahirkan kehampaan, kecuali kalau Allah menolong kita
mengambil jarak dari keadaan kita sendiri, melakukan introspeksi yang
teliti dan berhati-hati dalam menilai masalah. Selanjutnya,
mudah-mudahan kita bisa menjaga lisan (hifdhul-lisan) dari
mengatakan apa-apa yang tidak baik di hadapan Allah dan manusia
mengenai pasangan hidup kita, sekalipun dia tidak tahu. Sebab
ungkapan kekesalan dan kekecewaan – apalagi sampai menutupi
kebaikan yang ada padanya-- bisa menjadi do'a yang pasti dikabulkan
ketika ucapan itu keluar bersamaan dengan sa'atu-nailin, yaitu saat
ketika ucapan menjadi do'a, dan do'a pada saat itu pasti
terkabul.
Adapun
perbedaan antara menyegerakan dan tergesa-gesa, dapat dilihat melalui
dua cara. Pertama,
melalui tanda-tanda hati (mudah-mudahan Allah menjernihkan hati
kita). Kedua, melalui perumpamaan yang dapat dipikirkan oleh
akal.
- Tanda-tanda Hati
"Orang
yang mempunyai niat yang tulus," kata Imam Ja'far Ash-Shadiq,
guru dari Imam Abu Hanifah, "adalah dia yang hatinya tenang,
terbebas dari pemikiran mengenai hal-hal yang dilarang, berasal dari
upaya membuat niatmu murni untuk Allah dalam segala perkara."
Pada
hari ketika harta benda dan anak-anak tidak berguna, kecuali
orang-orang yang datang kepada Allah dengan hati yang suci. (QS
26: 88-90).
Kalau
kita menyegerakan nikah karena niat yang jernih, insya-Allah hati
kita akan merasakan sakinah, yaitu ketenangan jiwa saat
menghadapi masalah-masalah yang harus diselesaikan. Kita merasa
yakin, meskipun harapan dan kekhawatiran meliputi dada. Kita merasa
tenang, meskipun ada sejumlah masalah yang membebani dan menyita
perhatian.
Ketenangan
dan beban masalah bukanlah dua hal yang bertentangan. Seperti seorang
ibu yang telah memiliki kematangan, kedewasaan dan kasih sayang besar
kepada anak serta pengharapan besar terhadap ridha Allah. Saat
menghadapi persalinan, ia merasakan ketenangan hati dan keyakinan.
Meskipun harus melewati perjuangan mendebarkan yang melelahkan secara
fisik dan ketegangan psikis, namun ketegangan ini bukan sejenis
perasaan tidak aman.
Lain
halnya dengan tergesa-gesa. Ketergesa-gesaan ditandai oleh perasaan
tidak aman dan hati yang diliputi kecemasan yang memburu. Seperti
berdiri di depan anjing galak yang tidak pernah kita kenal, ada
perasaan ingin untuk cepat-cepat berlari pergi menjauhi tempat itu.
Kalau berlari, takut dikejar dan terjatuh. Kalau tetap berdiri di
dekatnya, tidak ada kepastian dan ada kekhawatiran jangan-jangan
anjing itu menggigit.
Inilah
gambaran sekilas. Kalau belum jelas, bertanyalah kepada hati
nuranimu. Mintalah fatwa kepadanya.
Rasulullah
Saw. bersabda,
"Mintalah
fatwa dari hatimu. Kebaikan itu adalah apa-apa yang tenteram jiwa
padanya dan tenteram pula dalam hati. Dan dosa itu adalah apa-apa
yang syak dalam jiwa dan ragu-ragu dalam hati, walaupun orang-orang
memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya." (HR
Ahmad).
- Tanda-tanda Perumpamaan
Kalau suatu saat Anda naik motor dan menjumpai tikungan tajam, apa yang Anda lakukan? Apakah Anda akan segera membelokkan kemudi tanpa mengurangi kecepatan karena ingin cepat sampai? Atau, Anda mengurangi kecepatan sedikit, menelikung dengan miring, dan sesudah berbelok baru menambah kecepatan sedikit demi sedikit?
Jika
Anda memilih yang pertama, sangat mungkin Anda terpental sendiri.
Anda terjatuh, sehingga harus berhenti sejenak atau agak lama. Baru
kemudian dapat meneruskan perjalanan. Keinginan Anda untuk cepat
sampai di tempat tujuan dengan tidak mengurangi kecepatan, apalagi
justru dengan menambah kecepatan, tidak membuat Anda lebih cepat
sampai dengan tenang, tenteram, dan aman. Bisa-bisa, kalau kecepatan
Anda tetap antara sebelum berbelok dengan saat-saat berbelok, Anda
justru terpental. Antara gaya sentrifugal dan gaya sentripetal, tidak
seimbang.
Jika
Anda memilih yang kedua, insya-Allah Anda akan dapat sampai lebih
cepat. Awalnya memang mengurangi kecepatan, tapi sesudah betul-betul
memasuki tikungan dengan baik, Anda bisa menambah kecepatan. Jika
Anda mengurangi kecepatan lebih banyak lagi, Anda bahkan dapat
membelok tanpa harus memiringkan badan banyak-banyak.
Jalan
yang lempang adalah tamsil dari masa melajang, masa ketika masih
sendiri. Belokan adalah proses peralihan menuju status baru, menikah
dan berumah tangga. Sedang jalan berikutnya yang dilalui setelah
berbelok, adalah kehidupan keluarga setelah menikah.
Pilihan
pertama adalah sikap tergesa-gesa untuk menikah, sedangkan
pilihan yang kedua adalah menyegerakan.
Ada
perumpamaan lain. Kita melihat perumpamaan yang dekat-dekat dengan
kita. Kalau suatu saat Anda bikin kolak kacang hijau, ada beberapa
bahan yang perlu Anda masukkan. Bahan yang paling pokok adalah kacang
hijau dan gula. Kalau Anda memasukkan gula bersamaan dengan kacang
hijau, sesudah itu segera direbus, Anda akan mendapati kacang hijau
itu tidak mau mekar. Anda tergesa-gesa. Kalau Anda memasukkan gula
setelah kacang hijaunya mekar, Anda menyegerakan. Tetapi, kalau Anda
lupa tidak segera memasukkan gula setelah kacang hijaunya mekar cukup
lama, Anda akan kehilangan banyak zat gizi yang penting.
Sampai di sini, saya kira cukup pembahasan perbedaan antara menyegerakan dan tergesa-gesa dalam pernikahan, yang saya sadur dari buku Kado Pernikahan. Mudah-mudahan Allah Ta'ala memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang menyegerakan, bukan tergesa-gesa. Semoga Allah menjadikan pernikahan kita barakah dan diridhai Allah. Aamiin . . .
Sampai di sini, saya kira cukup pembahasan perbedaan antara menyegerakan dan tergesa-gesa dalam pernikahan, yang saya sadur dari buku Kado Pernikahan. Mudah-mudahan Allah Ta'ala memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang menyegerakan, bukan tergesa-gesa. Semoga Allah menjadikan pernikahan kita barakah dan diridhai Allah. Aamiin . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar