- Nabi Idris AS, Manusia Pertama Yang Menulis Dengan Pena
Idris (sekitar 4533-4188 SM) adalah salah seorang rasul yang pertama kali diberikan tugas untuk menyampaikan risalah kepada kaumnya. Ia diberikan hak kenabian oleh Allah setelah Adam dan Shiyth.
Karena ketekunannya dalam beribadah dan menuntut ilmu, Nabi Idris dikaruniai Allah SWT pengetahuan yang luas dan dalam. Dialah manusia pertama yang menulis dengan pena serta satu-satunya Nabi yang tinggal di surga tanpa mengalami kematian.
Nabi Idris lahir di
Munaf, sebuah daerah di Mesir. Dia adalah keturunan ke enam Nabi
Adam, dari Yazid bin Mihla’iel bin Qinan bin Syits. Dia kakek bapak
Nabi Nuh AS. Nabi Syits mengajarkan Idris membaca Shafiah. Allah SWT
menurunkan 30 Shahifah kepada Nabi Idris AS yang berisi petunjuk
untuk disampaikan kepada umatnya (keturunan Qabil yang durhaka kepada
Allah).
Idris kecil mempelajari Shafiah dengan tekun, karena kesukaannya membaca itulah, ia mendapat gelar “Idris”, yang artinya orang yang tekun belajar. Dia belajar membaca dan menulis tanpa mengenal waktu dan tempat. Dia menjadi Nabi pertama yang menulis dengan Pena yang terbuat dari batu kerikil. Tidak mengherankan bila Allah menganugerahkan ilmu pengetahuan yang luas.
Beliaulah yang mula-mula
pandai ilmu hitung dan ilmu bintang, dan beliau pula manusia pertama
yang merancak kuda, menggunting pakian yang terbuat dari kulit
binatang dan menjahitnya.
Idris dipercayai sebagai seorang penjahit berdasarkan hadits ini:
Idris dipercayai sebagai seorang penjahit berdasarkan hadits ini:
Dia mempunyai kekuatan
yang hebat dan bertabiat gagah berani, sehingga diberi julukan
“Asadul Usud”, artinya Singa dari segala Singa. Dia tidak pernah
lalai sedikitpun dari mengingat Allah, walau sedang sibuk menghadapi
persoalan penting sehari-hari. Hingga Allah memberikan derajat yang
tinggi padanya.
Seperti halnya Nabi Adam
dan Nabi Syits, Nabi Idris juga menerima Wahyu Allah melalui Malaikat
Jibril yang berupa 30 Shahifah yang berisi petunjuk untuk disampaikan
kepada Umatnya. Beliau di utus berdakwah kepada umat keturunan Qabil.
Umat ini telah bersikap durhaka kepada Allah. Mereka menimbulkan
berbagai bencana dan kerusakan di muka bumi. Oleh Nabi Idris
orang-orang ini diajak salat, puasa dan bersedekah.
Tapi, keturunan Qabil
ini tak mau mendengar ajakan menuju kebaikan itu. Mereka malah
menghina dan mengejek Nabi Idris. “Hidup kami sudah enak, senang
dan serba cukup, kenapa engkau mengganggu kami? Tanya beberapa orang
penting dari kaum itu.
“Ajaranmu aneh, kami tak membutuhkannya!” sahut yang lain. “Lebih baik engkau hidup sendiri bersama Tuhanmu.”
Begitulah tantangan
dakwah Nabi Idris selama puluhan tahun menyebarkan ajaran kebenaran.
Hanya beberapa gelintir orang yang mau mengikutinya. Sebagian besar
dari mereka lebih suka mengikuti hawa nafsunya sendiri.
Karena keturunan Qabil
semakin menentang ajaran Idris, Allah memerintahkan Nabi Idris
meninggalkan mereka dan membawa pengikutnya yang setia dan mau
beriman kepada Allah untuk menyelamatkan diri. Karena Allah akan
menurunkan azab kepada umat yang durhaka itu.
Begitu Nabi Idris dan
pengikutnya meninggalkan negeri itu, datanglah azab yang dijanjikan
Allah. Paceklik merajalela, pertanian gagal, ternak mati, akhirnya
umat yang sesat itupun mati bergelimpangan karena kelaparan.
Sebaliknya, Nabi Idris dan orang-orang beriman yang mengikutinya diselamatkan Allah dari bencana yang mengerikan itu.
- Kisah Nabi Idris AS dengan Malaikat Pencabut Penyawa
Izrael,
Malaikat pencabut nyawa sangat mengagumi kepandaian Nabi
Idris. Izrael ingin lebih mengenal Nabi Idris. Atas izin Allah,
diam-diam Izrael menyamar sebagai manusia dan bertamu ke rumah Nabi
Idris.
“Assalamu’alaikum,”
Malaikat Izrael memberi salam sambil mengetuk pintu.
“Wa’alaikum
salam,” jawab Nabi Idris, “Silahkan masuk, siapakah itu, dan ada
perlu apa datang kemari?”
Izrael menyampaikan
maksudnya untuk berkenalan dengan Nabi Idris sebagai utusan Allah.
Akhirnya Nabi Idris mengajak Izrael menginap di rumahnya.
Di rumah Nabi Idris,
keduanya asyik beribadah, mereka tidak banyak bicara melainkan
terus beribadah. Ketika tiba waktu makan, Nabi Idris mempersilahkan
tamunya makan. Tamunya menolak. “Silahkan tuan makan sendiri, saya
ingin melanjutkan ibadah saya kepada Allah,” jawabnya.
Setelah makan nabi Idris
melanjutkan ibadah bersama tamunya sampai tiba waktu tidur. “Silahkan
tuan tidur disini,” Nabi Idris menunjukkan tempat tidur tamu.
“Silahkan tuan tidur dulu, saya masih ingin melanjutkan ibadah saya,” jawab sang tamu, tanpa menunjukkan rasa lelah.
Keesokan harinya,
kejadian yang sama berulang. Nabi Idris sangat heran,, siapakah
sebenarnya tamu ini, kenapa tamu aneh ini tidak mau makan dan tidur?
Dengan hati-hati Nabi Idris menanyakan hal itu kepada tamunya.
“Saya adalah Izrael,
Malaikat pencabut nyawa,” kata sang tamu. Nabi Idris sangat kaget.
“Jadi, engkau datang untuk mencabut nyawa saya?” tanya Nabi
Idris.
Izrael menggeleng, lalu
menjelaskan keinginannya untuk mengenal Nabi Idris lebih jauh.
Barulah Nabi Idris sadar, memang begitulah kehidupan malaikat. Dan
para Malaikat memang suka mendekati orang-orang yang beriman. Bila
orang beriman sedang shalat, berdoa, atau melakukan amal saleh,
banyak malaikat yang mengerumuninya.
“Sebenarnya saya ingin
merasakan bagaimana rasanya jika nyawa seseorang sedang di cabut,”
ujar Nabi Idris tiba-tiba.
“Permintaan tuan aneh sekali,” kata Izrael. Selama ini manusia justru takut nyawanya akan dicabut.
Idris menjelaskan kepada
Izrael bahwa pengalamannya akan menjadi bekal dalam berdakwah. Dengan
izin Allah, Malaikat Izrael melakukan apa yang diminta Nabi Idris.
Dicabutnya nyawa Nabi Idris, lalu segera dikembalikan lagi.
“Saya tidak merasakan
apa-apa,” kata Idris setelah bangun dari kematiannya
“Karena saya
melakukannya dengan lembut. Begitulah yang selalu saya lakukan
terhadap orang-orang
beriman,” kata Izrael.
“Bagaimana dengan
orang yang tidak beriman? Tanya Nabi Idris penasaran.
“Oh, mereka akan
merasakan luar biasa kesakitan waktu nyawa mereka dicabut,” kata
Izrael. Nabi Idris
ingin mendengarnya. Terlebih waktu Izrael mengatakan, rasa sakit itu
akan dirasakan simati sampai hari kiamat. Nabi Idris tidak mampu
membayangkan betapa sakitnya. Sakit sehari saja rasanya sudah tidak
tahan, apalagi kalau harus menanggungnya hingga ratusan tahun sambil
menunggu waktu kiamat tiba. Sebaliknya orang yang beriman akan
merasakan kebahagiaan. Setelah mati, mereka akan menikmati hasil
setiap amal saleh mereka di dunia,” tutur Izrael menjelaskan.
Kisah Nabi Idris AS Melihat Surga dan Neraka
Setiap hari
Malaikat Izrael dan Nabi
Idris beribadah bersama. Suatu kali, sekali lagi Nabi Idris
mengajukan permintaan. “Bisakah engkau membawa saya melihat surga
dan neraka?”
“Wahai Nabi Allah,
lagi-lagi permintaanmu aneh,” kata Izrael.
Setelah
Malaikat Izrael memohon izin kepada Allah, dibawanya Nabi Idris ke
tempat yang ingin dilihatnya.
“Ya Nabi Allah,
mengapa ingin melihat neraka? Bahkan para Malaikat pun takut
melihatnya,” kata Izrael.
“Terus terang, saya
takut sekali kepada Azab Allah itu. Tapi mudah-mudahan, iman saya
menjadi tebal setelah melihatnya,” Nabi Idris menjelaskan
alasannya.
Waktu mereka sampai ke
dekat neraka, Nabi
Idris langsung pingsan. Penjaga neraka adalah Malaikat yang
sangat menakutkan. Ia menyeret dan menyiksa manusia-manusia yang
durhaka kepada Allah semasa hidupnya. Nabi
Idris tidak sanggup menyaksikan berbagai siksaan yang mengerikan itu.
Api neraka berkobar dahsyat, bunyinya bergemuruh menakutkan, tak ada
pemandangan yang lebih mengerikan dibanding tempat ini.
Dengan tubuh lemas Nabi Idris meninggalkan tempat yang mengerikan itu. Kemudian Izrael membawa Nabi Idris ke surga. “Assalamu’alaikum…” kata Izrael kepada Malaikat Ridwan, Malaikat penjaga pintu surga yang sangat tampan.
Wajah Malaikat Ridwan
selalu berseri-seri di hiasi senyum ramah. Siapapun akan senang
memandangnya. Sikapnya amat sopan, dengan lemah lembut ia
mempersilahkan para penghuni surga untuk memasuki tempat yang mulia
itu.
Waktu melihat isi surga,
Nabi Idris kembali nyaris pingsan karena terpesona. Semua yang ada di
dalamnya begitu indah dan menakjubkan. Nabi Idris terpukau
tanpa bisa berkata-kata melihat pemandangan sangat indah di depannya.
“Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah…” ucap Nabi Idris
beulang-ulang.
Nabi Idris melihat
sungai-sungai yang airnya bening seperti kaca. Di pinggir sungai
terdapat pohon-pohon yang batangnya terbuat dari emas dan perak. Ada
juga istana-istana pualam bagi penghuni surga. Pohon buah-buahan ada
disetiap penjuru. Buahnya segar, ranum dan harum.
Waktu berkeliling di
sana, Nabi Idris diiringi pelayan surga. Mereka adalah para bidadari
yang cantik jelita dan anak-anak muda yang amat tampan wajahnya.
Mereka bertingkah laku dan berbicara dengan sopan.
Mendadak Nabi Idris ingin minum air sungai surga. “Bolehkah saya meminumnya? Airnya kelihatan sejuk dan segar sekali.”
“Silahkan minum,
inilah minuman untuk penghuni surga.” Jawab Izrael. Pelayan surga
datang membawakan gelas minuman berupa piala yang terbuat dari emas
dan perak. Nabi
Idris pun minum air itu dengan nikmat. Dia amat bersyukur bisa
menikmati air minum yang begitu segar dan luar biasa enak. Tak pernah
terbayangkan olehnya ada minuman selezat itu. “Alhamdulillah,
Alhamdulillah, Alhamdulillah,” Nabi Idris mengucap syukur
berulang-ulang.
Setelah puas melihat
surga, tibalah waktunya pergi bagi Nabi Idris untuk kembali ke bumi.
Tapi ia tidak mau kembali ke bumi. Hatinya sudah terpikat keindahan
dan kenikmatan surga Allah.
“Saya tidak mau keluar
dari surga ini, saya ingin beribadah kepada Allah sampai hari kiamat
nanti,” kata Nabi Idris.
“Tuan boleh tinggal di
sini setelah kiamat nanti, setelah semua amal ibadah di hisab oleh
Allah, baru tuan bisa menghuni surga bersama para Nabi dan orang yang
beriman lainnya,” kata Izrael.
“Tapi Allah itu Maha
Pengasih, terutama kepada Nabi-Nya. Akhirnya Allah mengkaruniakan
sebuah tempat yang mulia di langit, dan Nabi Idris menjadi
satu-satunya Nabi yang menghuni surga tanpa mengalami kematian. Waktu
diangkat ke tempat itu, Nabi Isris berusia 82 tahun.
Firman Allah:
“Dan ceritakanlah Idris di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah orang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi, dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (QS Al-Anbiya:85-86).
***
Pada saat Nabi
Muhammad sedang melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj ke langit,
beliau bertemu Nabi Idris. “Siapa orang ini? Tanya Nabi Muhammad
kepada Jibril yang mendampinginya waktu itu.
“Inilah Idris,”
jawab Jibril. Nabi Muhammad mendapat penjelasan Allah tentang Idris
dalam Al-Qur’an Surat Al-Anbiya ayat 85 dan 86, serta Surat Maryam
ayat 56 dan 57.
Sumber : http://www.sufiz.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar