Kisah ini merupakan salah satu episode kisah perang Tabuk, tapi tidak banyak yang mengupas kisah yang satu ini.
Sebagaimana kita tahu, bahwa perang Tabuk adalah satu-satunya perang
dimana Rasulullah SAW mengumumkan dan memobilisir seluruh kaum muslimin
dan potensi-potensinya. Ini karena peperangan tersebut memang sangat berat.
Berat dari sisi cuaca, berat juga dari sisi logistik. Maka Rasulullah
SAW berulang kali memotivasi sahabat-sahabatnya untuk menginfakkan
apa saja yang bisa diinfakkan utk 'membiayai' perang tabuk ini.
Perang ini juga menjadi FILTER bagi kelompok munafiq dan orang-orang yang gampang mengajukan alasan/uzur agar diijinkan tidak ikut perang.
Adapun edisi lengkapnya, bacalah kisah perang tabuk di buku-buku sirah yang ada.
Disini, di perang ini, terdapat satu sahabat yg luar biasa. Dia bukan sahabat utama Rasul. Bahkan namanya pun jarang disebut di buku-buku sirah. Tapi, ketika kita membaca kisahnya, niscaya bisa menguras air mata kita.
Disaat sahabat-sahabat Nabi SAW dan kaum muslimin lainnya menyiapkan diri utuk ikut berpartisipasi dan berkontribusi dalam perang tabuk, Maka pada saat itu tersebutlah Ulbah bin Zaid Al Haritsi, seorang yang sangat faqir, tidak memiliki apa-apa diatas dunia ini, seorang dari golongan Anshor dari kabilah Aus, tatkala dia menyaksikan kesibukan kaum muslimin dalam persiapan jihad ke Tabuk, melihat seluruh kaum muslimin dari berbagai pelosok negeri tinggal dan menetap di tanah kelahirannya Madinah, datang berbodong-bondong kemudian memancang kemah, sambil membawa apa yang mereka miliki dari senjata dan kendaraan, memancang kemahnya menunggu hari keberangkatan.
Dia juga melihat transaksi di pasar-pasar Madinah banyak transaksi yang terjadi dialog berhubungan dengan persiapan perang, dari mulai kuda, unta, panah, pedang, tameng besi dan sebagainya. Dia menyaksikan itu semua dengan kesedihan yang sangat mendalam. Semua orang telah membeli perlengkapan perangnya, sedangkan dirinya, apa yang dia mau persiapkan ? kalau hendak membeli, mau beli pakai apa? Uang satu dirham pun ia tidak punya. Apalagi pagi itu dia mendengar Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam mengatakan : "man jahhaza jaisyul usroh falahul jannah".
من جهز جيش العسرة غفر الله له فله الجنة
Maka semakin terbenamlah serasa dirinya ke dalam bumi, hancur luluh serasa hatinya, sedih hatinya, semua orang mendapatkan surga kecuali dirinya.
Semakin panas dingin badannya mendengar sabda Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam demi melihat kefaqiran dirinya, ditambah lagi Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam mensyaratkan siapa yang mau ikut berperang harus membawa alat dan kendaraan perang sendiri.
Dilihat juga oleh Ulbah bin Zaid ketika dia duduk di masjid Nabawi, dia melihat Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam dikelilingi para sahabat, ketika datang Umar bin Khattab dengan membawa setengah dari harta yang dimilikinya.
Tak lama setelah itu, datanglah Abu Bakar sambil membawa semua harta yang dia punya. Ketika ditanya oleh Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam, “Ya Abu Bakar, apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?”
Abu Bakar menjawab, “aku tinggalkan untuk mereka Allah dan Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam-Nya”.
Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam pun bersabda, ”Tidak ada harta yang paling bermanfaat bagiku sebagaimana bermanfaatnya harta Abu Bakar”.
Tak ketinggalan sahabat Utsman bin Affan membawa seribu dinar dalam pakaiannya, bahkan kafilah dagangnya yang hendak berangkat ke Syam sejumlah dua ratus ekor unta lengkap dengan barang-barangnya dia keluarkan sedekahnya, ditambah lagi dengan seratus ekor unta, lalu ditambahnya lagi seribu dinar uang kontan. Maka Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam pun bersabda :
اللهم ارض عن عثمان فإنى عنه راض
“Ya Allah, (aku mohon padaMu) ridhoilah Utsman, sesungguhnya aku telah ridho padanya ”
Tentang Utsman ini, ada kisah menarik. Ketika perniagaan Utsman ditawar oleh pedagang-pedagang (tengkulak) Quraisy dan kabilah arab lainnya.
Tak lama setelah itu sampailah perniagaannya yang baru datang dari Syam sejumlah 1000 ekor unta beserta isinya. Tiba-tiba datanglah tengkulak-tengkulak hendak membeli perniagaan tersebut. Salah seorang dari mereka berkata:
“Ya Utsman, kami beli 2x lipat..!!”
“Tidak..tidak..!! karena ada yang berani membeli lebih tinggi dari penawaran kalian” jawab Utsman
“Kami beli 3x lipat dari harga yang kamu dapatkan” kata si tengkulak
“Tidak..belum cukup kalau cuma 3x lipat..!!” jawab Utsman
Akhirnya tawar menawar “kami beli 10x lipat Ya Utsman..!!”
Utsman pun berkata, “tuan-tuan sekalian, ada diantara tuan-tuan yang hendak membelinya 700x lipat..??!!”
Apa kata mereka,”gila engkau Utsman..!! siapa pula yang sampai menawar hingga 700x lipat ?!”
Utsman pun menjawab,”akan tetapi Allah telah menawarnya lebih dari 700x lipat.!!” Allahu Akbar...!!!…Utsman pun membacakan ayat
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.” (QS. Al Baqoroh : 261)
“Saksikanlah wahai para tengkulak, semua barang perniagaan yang ada ini, seluruhnya aku infaqkan di jalan Allah Ta’ala” seru Utsman.
Subhanallah . . . Allohu Akbar. . . dari generasi mana mereka ini muncul, dari makhluk mana mereka ini saudaraku. Dari planet mana mereka datang ??? Apakah mereka diciptakan dari daging yang penuh dengan nafsu dunia dan ketamakan, yang penuh dengan kebakhilan dan ketakutan akan miskin karena berinfaq dan bersedekah ?! Bukan saudaraku…tapi mereka adalah para sahabat Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam.
Tidak lama kemudian datang pula Abdurahman bin Auf sang dermawan, membawa 200 uqiyah perak, datang pula ‘Abbas bin Abdul Mutholib paman Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam, Tholhah bin ‘Ubaidillah, Sa’ad bin Ubadah, Muhammad bin Maslamah, yang mereka semua berinfaq di depan mata Ulbah bin Zaid. Dia juga melihat kedatangan orang-orang yang kurang berada membawa infaq semampunya, dimulai oleh ‘Ashim bin Adiy mebawa 70 wasaq kurma, ada yang membawa dua mud bahkan satu mud kurma, tidak satu pun kaum muslimin yang tidak memberi kecuali kaum munafiqin. Allah pun menyindir mereka
الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ سَخِرَ اللَّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih. ” (QS. At Taubah 79)
Lalu, bagaimana perasaan Ulbah ?
Apa yang dirasakan oleh Ulbah selain kesedihan yang sangat. Apa yang bisa diperbuat sementara ia tidak punya apa-apa, sementara orang berbondong berinfaq. Melihat hal itu pulanglah Ulbah membawa semua kesedihannya. Di zaman sekarang ribuan jutaan orang membawa kesedihan dunia, Ulbah pulang membawa kesedihan karena teringat akhirat. Adakah di zaman sekarang ini sosok seperti Ulbah?? ? Memikirkan kemana nanti hendak dia di tempatkan di akhirat, apakah di surga ataukah neraka, kalau ternyata di surga di tempat yang mana, di tingkatan ke berapa dan bersama-sama siapa ???
Ketika senja telah beralu dan malam pun tiba, Ulbah berusaha memejamkan matanya, tapi bagaimana mau dipejamkan matanya sementara hati masih berdebar-debar, pikiran masih galau, apa yang bisa dilakukannya selain membolak-balikkan badannya di atas tikar yang lusuh hingga tengah malam.
Akhirnya dia bangkit, timbul sebuah ide, sebuah pemikiran dalam dirinya, yang kiranya apabila dia melaksanakan idenya ini mudah-mudahan dapat mengurangi kegundahan hatinya. Lantas Ulbah berwudhu dan melaksanakan sholat malam, apalagi yang bisa dilakukan oleh orang yang sengsara dan bersedih hati selain bermunajat kepada Allah Yang Maha Pemurah??? bagi orang yang mendapatkan kesusahan kecuali dia mengadukan kepada Sang Khaliq (do’a Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam Ya’qub, sebagaimana surat Yusuf : 86)
إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ
"Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku..."
Di dalam shalatnya dia pun menangis, adakah anda pernah melihat seorang yang gundah mengadukan semua keluhan dan kegundahannya dengan menangis kepada Rabb Yang Memiliki isi langit dan bumi? Dia sebutkan kefaqirannya, dia sebutkan kelemahannya, dia sebutkan ketidakberdayaannya, dia minta kepada Allah jangan sampai kefaqirannya dan ketidakmampuannya berinfaq pada persiapan perang Tabuk ini menggeser kedudukannya dibanding sahabat-sahabatnya kelak di surga "jikalau aku Engkau buat susah di dunia, janganlah pula Engkau jauhkan aku dari surgamu".
Diantara doanya adalah:
“Ya Allah, Engkau perintahkan kami untuk berjihad,
Engkau perintahkan kami untuk berangkat ke Tabuk,
Sedangkan Engkau tidak memberikan aku sesuatu apapun untuk bekal berangkat berperang bersama Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam-Mu,
Maka malam ini saksikanlah ya Allah,
Sesungguhnya aku telah bersedekah kepada setiap muslim dari perlakuan zhalim mereka terhadap diriku,
Maka inilah kehormatanku aku infaqkan di jalan-Mu,
Jika ada seorang muslim menghinakan dan merendahkan diriku,
Maka aku infaqkan itu semua di jalanMu
Ya Allah, tidak ada yang dapat aku infaqkan sebagaimana orang lain telah berinfaq,
Kalau sekiranya aku punya sebagaimana mereka punya akan aku infaqkan untukMu,
Maka yang aku punya hanya kehormatan sebagai seorang muslim,
Kalau Engkau bisa menerimanya,
Maka saksikanlah kehormatan ini aku sedekahkan untukMu malam ini,"
Alangkah jernihnya doa tersebut, keluar dari hati seseorang yang tidak punya apapun di dunia ini melainkan kehormatan, alangkah teduhnya ucapan di malam hari yang gelap, terangkat doanya ke langit ke tujuh, menggetarkan Arsy Allah Ta’ala, semua sedekah tidak sehebat sedekahnya.
Esok shubuh Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam memimpin shalat berjama’ah, hadir pula Ulbah bin Zaid. Telah ia lupakan air mata yang tumpah bercucuran di tikar lusuhnya tadi malam, ia lupakan karena telah dibasuh oleh air wudhu yang baru. Akan tetapi Allah tidak pernah lupa, Allah tidak pernah menyia-nyiakan do"a hamba-Nya. Kejadian di tempat yang sepi tersebut dikabarkan oleh Allah kepada Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam melalui Malaikat Jibril. Selesai shalat Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam pun berdiri kemudian Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam bertanya :
من يتصدق بصدقة مقبولة في هذه الليلة ؟
"Siapakah (diantara kalian) yang bersedekah tadi malam dan sedekahnya diterima oleh Allah"?
Ternyata tidak ada yang berdiri, karena merasa tidak bersedekah tadi malam, atau merasa yakin betul sedekahnya diterima oleh Allah Ta’ala.
Ulbah bin Zaid pun tidak merasa bahwa dirinya telah bersedekah.
Akan tetapi Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam mendekati Ulbah dan berkata, “Sungguh ya Ulbah, sedekahmu malam tadi telah diterima oleh Allah Ta’ala sebagai sedekah yang maqbul..!!”
Bagaikan aliran listrik yang langsung mengalir ke jantung Ulbah bin Zaid, laksana halilintar dahsyat menghantam dirinya, karena dia sama sekali tidak mengira, cahaya kebahagiaan langsung memancar dari dirinya.
“Benarkah ya Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam . . .benarkah sedekahku yang tadi malam yang tidak ada apa-apanya itu diterima Allah...??” tanyanya penasaran seolah-olah tidak percaya.
Maka Nabi pun menyerahkan 6 ekor unta kepada Ulbah bin Ziad dan tujuh orang temannya untuk berangkat ke medan jihad, peperangan Tabuk, peperangan yang atas izin Allah dimenangkan oleh kaum muslimin, ditandai dengan menyerahnya negara-negara boneka Romawi, dan semakin berkurangnya daerah kekuasaan kerajaan Romawi.
Wallahu a'lam
Diambil dari Forum Sholahuddin Taujih Ustadz Fathur.
Sumber : http://mujitrisno.multiply.com/journal/item/409
Perang ini juga menjadi FILTER bagi kelompok munafiq dan orang-orang yang gampang mengajukan alasan/uzur agar diijinkan tidak ikut perang.
Adapun edisi lengkapnya, bacalah kisah perang tabuk di buku-buku sirah yang ada.
Disini, di perang ini, terdapat satu sahabat yg luar biasa. Dia bukan sahabat utama Rasul. Bahkan namanya pun jarang disebut di buku-buku sirah. Tapi, ketika kita membaca kisahnya, niscaya bisa menguras air mata kita.
Disaat sahabat-sahabat Nabi SAW dan kaum muslimin lainnya menyiapkan diri utuk ikut berpartisipasi dan berkontribusi dalam perang tabuk, Maka pada saat itu tersebutlah Ulbah bin Zaid Al Haritsi, seorang yang sangat faqir, tidak memiliki apa-apa diatas dunia ini, seorang dari golongan Anshor dari kabilah Aus, tatkala dia menyaksikan kesibukan kaum muslimin dalam persiapan jihad ke Tabuk, melihat seluruh kaum muslimin dari berbagai pelosok negeri tinggal dan menetap di tanah kelahirannya Madinah, datang berbodong-bondong kemudian memancang kemah, sambil membawa apa yang mereka miliki dari senjata dan kendaraan, memancang kemahnya menunggu hari keberangkatan.
Dia juga melihat transaksi di pasar-pasar Madinah banyak transaksi yang terjadi dialog berhubungan dengan persiapan perang, dari mulai kuda, unta, panah, pedang, tameng besi dan sebagainya. Dia menyaksikan itu semua dengan kesedihan yang sangat mendalam. Semua orang telah membeli perlengkapan perangnya, sedangkan dirinya, apa yang dia mau persiapkan ? kalau hendak membeli, mau beli pakai apa? Uang satu dirham pun ia tidak punya. Apalagi pagi itu dia mendengar Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam mengatakan : "man jahhaza jaisyul usroh falahul jannah".
من جهز جيش العسرة غفر الله له فله الجنة
Maka semakin terbenamlah serasa dirinya ke dalam bumi, hancur luluh serasa hatinya, sedih hatinya, semua orang mendapatkan surga kecuali dirinya.
Semakin panas dingin badannya mendengar sabda Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam demi melihat kefaqiran dirinya, ditambah lagi Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam mensyaratkan siapa yang mau ikut berperang harus membawa alat dan kendaraan perang sendiri.
Dilihat juga oleh Ulbah bin Zaid ketika dia duduk di masjid Nabawi, dia melihat Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam dikelilingi para sahabat, ketika datang Umar bin Khattab dengan membawa setengah dari harta yang dimilikinya.
Tak lama setelah itu, datanglah Abu Bakar sambil membawa semua harta yang dia punya. Ketika ditanya oleh Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam, “Ya Abu Bakar, apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?”
Abu Bakar menjawab, “aku tinggalkan untuk mereka Allah dan Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam-Nya”.
Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam pun bersabda, ”Tidak ada harta yang paling bermanfaat bagiku sebagaimana bermanfaatnya harta Abu Bakar”.
Tak ketinggalan sahabat Utsman bin Affan membawa seribu dinar dalam pakaiannya, bahkan kafilah dagangnya yang hendak berangkat ke Syam sejumlah dua ratus ekor unta lengkap dengan barang-barangnya dia keluarkan sedekahnya, ditambah lagi dengan seratus ekor unta, lalu ditambahnya lagi seribu dinar uang kontan. Maka Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam pun bersabda :
اللهم ارض عن عثمان فإنى عنه راض
“Ya Allah, (aku mohon padaMu) ridhoilah Utsman, sesungguhnya aku telah ridho padanya ”
Tentang Utsman ini, ada kisah menarik. Ketika perniagaan Utsman ditawar oleh pedagang-pedagang (tengkulak) Quraisy dan kabilah arab lainnya.
Tak lama setelah itu sampailah perniagaannya yang baru datang dari Syam sejumlah 1000 ekor unta beserta isinya. Tiba-tiba datanglah tengkulak-tengkulak hendak membeli perniagaan tersebut. Salah seorang dari mereka berkata:
“Ya Utsman, kami beli 2x lipat..!!”
“Tidak..tidak..!! karena ada yang berani membeli lebih tinggi dari penawaran kalian” jawab Utsman
“Kami beli 3x lipat dari harga yang kamu dapatkan” kata si tengkulak
“Tidak..belum cukup kalau cuma 3x lipat..!!” jawab Utsman
Akhirnya tawar menawar “kami beli 10x lipat Ya Utsman..!!”
Utsman pun berkata, “tuan-tuan sekalian, ada diantara tuan-tuan yang hendak membelinya 700x lipat..??!!”
Apa kata mereka,”gila engkau Utsman..!! siapa pula yang sampai menawar hingga 700x lipat ?!”
Utsman pun menjawab,”akan tetapi Allah telah menawarnya lebih dari 700x lipat.!!” Allahu Akbar...!!!…Utsman pun membacakan ayat
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.” (QS. Al Baqoroh : 261)
“Saksikanlah wahai para tengkulak, semua barang perniagaan yang ada ini, seluruhnya aku infaqkan di jalan Allah Ta’ala” seru Utsman.
Subhanallah . . . Allohu Akbar. . . dari generasi mana mereka ini muncul, dari makhluk mana mereka ini saudaraku. Dari planet mana mereka datang ??? Apakah mereka diciptakan dari daging yang penuh dengan nafsu dunia dan ketamakan, yang penuh dengan kebakhilan dan ketakutan akan miskin karena berinfaq dan bersedekah ?! Bukan saudaraku…tapi mereka adalah para sahabat Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam.
Tidak lama kemudian datang pula Abdurahman bin Auf sang dermawan, membawa 200 uqiyah perak, datang pula ‘Abbas bin Abdul Mutholib paman Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam, Tholhah bin ‘Ubaidillah, Sa’ad bin Ubadah, Muhammad bin Maslamah, yang mereka semua berinfaq di depan mata Ulbah bin Zaid. Dia juga melihat kedatangan orang-orang yang kurang berada membawa infaq semampunya, dimulai oleh ‘Ashim bin Adiy mebawa 70 wasaq kurma, ada yang membawa dua mud bahkan satu mud kurma, tidak satu pun kaum muslimin yang tidak memberi kecuali kaum munafiqin. Allah pun menyindir mereka
الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ سَخِرَ اللَّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih. ” (QS. At Taubah 79)
Lalu, bagaimana perasaan Ulbah ?
Apa yang dirasakan oleh Ulbah selain kesedihan yang sangat. Apa yang bisa diperbuat sementara ia tidak punya apa-apa, sementara orang berbondong berinfaq. Melihat hal itu pulanglah Ulbah membawa semua kesedihannya. Di zaman sekarang ribuan jutaan orang membawa kesedihan dunia, Ulbah pulang membawa kesedihan karena teringat akhirat. Adakah di zaman sekarang ini sosok seperti Ulbah?? ? Memikirkan kemana nanti hendak dia di tempatkan di akhirat, apakah di surga ataukah neraka, kalau ternyata di surga di tempat yang mana, di tingkatan ke berapa dan bersama-sama siapa ???
Ketika senja telah beralu dan malam pun tiba, Ulbah berusaha memejamkan matanya, tapi bagaimana mau dipejamkan matanya sementara hati masih berdebar-debar, pikiran masih galau, apa yang bisa dilakukannya selain membolak-balikkan badannya di atas tikar yang lusuh hingga tengah malam.
Akhirnya dia bangkit, timbul sebuah ide, sebuah pemikiran dalam dirinya, yang kiranya apabila dia melaksanakan idenya ini mudah-mudahan dapat mengurangi kegundahan hatinya. Lantas Ulbah berwudhu dan melaksanakan sholat malam, apalagi yang bisa dilakukan oleh orang yang sengsara dan bersedih hati selain bermunajat kepada Allah Yang Maha Pemurah??? bagi orang yang mendapatkan kesusahan kecuali dia mengadukan kepada Sang Khaliq (do’a Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam Ya’qub, sebagaimana surat Yusuf : 86)
إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ
"Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku..."
Di dalam shalatnya dia pun menangis, adakah anda pernah melihat seorang yang gundah mengadukan semua keluhan dan kegundahannya dengan menangis kepada Rabb Yang Memiliki isi langit dan bumi? Dia sebutkan kefaqirannya, dia sebutkan kelemahannya, dia sebutkan ketidakberdayaannya, dia minta kepada Allah jangan sampai kefaqirannya dan ketidakmampuannya berinfaq pada persiapan perang Tabuk ini menggeser kedudukannya dibanding sahabat-sahabatnya kelak di surga "jikalau aku Engkau buat susah di dunia, janganlah pula Engkau jauhkan aku dari surgamu".
Diantara doanya adalah:
“Ya Allah, Engkau perintahkan kami untuk berjihad,
Engkau perintahkan kami untuk berangkat ke Tabuk,
Sedangkan Engkau tidak memberikan aku sesuatu apapun untuk bekal berangkat berperang bersama Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam-Mu,
Maka malam ini saksikanlah ya Allah,
Sesungguhnya aku telah bersedekah kepada setiap muslim dari perlakuan zhalim mereka terhadap diriku,
Maka inilah kehormatanku aku infaqkan di jalan-Mu,
Jika ada seorang muslim menghinakan dan merendahkan diriku,
Maka aku infaqkan itu semua di jalanMu
Ya Allah, tidak ada yang dapat aku infaqkan sebagaimana orang lain telah berinfaq,
Kalau sekiranya aku punya sebagaimana mereka punya akan aku infaqkan untukMu,
Maka yang aku punya hanya kehormatan sebagai seorang muslim,
Kalau Engkau bisa menerimanya,
Maka saksikanlah kehormatan ini aku sedekahkan untukMu malam ini,"
Alangkah jernihnya doa tersebut, keluar dari hati seseorang yang tidak punya apapun di dunia ini melainkan kehormatan, alangkah teduhnya ucapan di malam hari yang gelap, terangkat doanya ke langit ke tujuh, menggetarkan Arsy Allah Ta’ala, semua sedekah tidak sehebat sedekahnya.
Esok shubuh Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam memimpin shalat berjama’ah, hadir pula Ulbah bin Zaid. Telah ia lupakan air mata yang tumpah bercucuran di tikar lusuhnya tadi malam, ia lupakan karena telah dibasuh oleh air wudhu yang baru. Akan tetapi Allah tidak pernah lupa, Allah tidak pernah menyia-nyiakan do"a hamba-Nya. Kejadian di tempat yang sepi tersebut dikabarkan oleh Allah kepada Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam melalui Malaikat Jibril. Selesai shalat Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam pun berdiri kemudian Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam bertanya :
من يتصدق بصدقة مقبولة في هذه الليلة ؟
"Siapakah (diantara kalian) yang bersedekah tadi malam dan sedekahnya diterima oleh Allah"?
Ternyata tidak ada yang berdiri, karena merasa tidak bersedekah tadi malam, atau merasa yakin betul sedekahnya diterima oleh Allah Ta’ala.
Ulbah bin Zaid pun tidak merasa bahwa dirinya telah bersedekah.
Akan tetapi Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam mendekati Ulbah dan berkata, “Sungguh ya Ulbah, sedekahmu malam tadi telah diterima oleh Allah Ta’ala sebagai sedekah yang maqbul..!!”
Bagaikan aliran listrik yang langsung mengalir ke jantung Ulbah bin Zaid, laksana halilintar dahsyat menghantam dirinya, karena dia sama sekali tidak mengira, cahaya kebahagiaan langsung memancar dari dirinya.
“Benarkah ya Nabi shallallohu ‘alaihi wasallam . . .benarkah sedekahku yang tadi malam yang tidak ada apa-apanya itu diterima Allah...??” tanyanya penasaran seolah-olah tidak percaya.
Maka Nabi pun menyerahkan 6 ekor unta kepada Ulbah bin Ziad dan tujuh orang temannya untuk berangkat ke medan jihad, peperangan Tabuk, peperangan yang atas izin Allah dimenangkan oleh kaum muslimin, ditandai dengan menyerahnya negara-negara boneka Romawi, dan semakin berkurangnya daerah kekuasaan kerajaan Romawi.
Wallahu a'lam
Diambil dari Forum Sholahuddin Taujih Ustadz Fathur.
Sumber : http://mujitrisno.multiply.com/journal/item/409
Tidak ada komentar:
Posting Komentar