Rabu, 13 Juni 2012

AL FALAQ

Bismillahirrahmanirrahiim . . .

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh . . .

Kawan, setelah kemarin kita mempelajari tafsir AN NAAS, maka kesempatan kali ini kita akan melanjut ke tafsir surat berikutnya, AL FALAQ.

Semoga dengan mengkaji tafsir surat dalam Al Qur'an ini, akan menumbuhkan kecintaan kita pada kitab suci  yang menjadi panutan bagi kita semua, Al Qur'anul Karim. Serta semakin mempertebal IMTAQ kita semua . . . aamiin.

Selamat mengkaji, semoga berkah dan bermanfa'at . . .

@_@


*****

Qul [ katakanlah ] wahai Muhammad, setelah kamu berusaha dicelakai oleh musuh – musuhmu dan ditentang oleh mereka dengan cara meremehkanmu. Demi untuk menghilangkan dan menolak bahaya…. A’uudzu [ aku berlindung ] dan memohon penjagaan dengan penuh keikhlasan…. Birabbi al Falaqi [ kepada Rabb yang menguasai subuh ] yaitu demi Dzat yang membelah dan memecah kegelapan malam dengan cahaya waktu shubuh yang bersinar dan membelah gelapnya ketiadaan dengan cahaya keberadaan.


Imam An Nasa’i meriwayatkan dari Uqbah bin Amir, ia berkata bahwa aku pernah menemui Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada saat beliau berkendara ( menunggang unta ), lalu aku meletakkan tanganku di kaki beliau, lalu aku meminta kepada beliau, bacakanlah untukku Surah Huud, bacakanlah untukku Surah Yuusuf. Kemudian beliau berkata kepadaku : Tidak ada bacaan yang melebihi Surah Al Falaq dalam memohon perlindungan kepada Allah.

Riwayat lain dari Uqbah menyebutkan bahwa ketika kami dalam suatu perjalanan bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di suatu tempat diantara Juhfah dan Abwa, tiba – tiba kami diselimuti oleh suasana yang sangat gelap dan kami juga diterpa oleh angin yang sangat kencang, lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam cepat – cepat memohon perlindungan kepada Allah dengan membaca Surah Al Falaq dan Surah An Naas. Kemudian beliau berkata kepadaku : Wahai Uqbah, mintalah perlindungan kepada Allah dengan membaca kedua surah tersebut, tidak ada umat lain yang memiliki kedua surah ini untuk memohon perlindungan. Dan Uqbah juga mengatakan bahwa aku mendengar Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam membaca kedua surah itu di dalam shalatnya.

Imam An Nasa’i juga meriwayatkan dari Abdullah bin Umar, ia berkata bahwa pada suatu malam yang gelap dan diiringi dengan rintik – rintik hujan, kami menunggu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam keluar dari rumahnya untuk melakukan shalat berjamaah. Lalu setelah beliau keluar dari rumahnya, beliau berkata : "Katakanlah !",
secara spontan aku mengatakan, "apa yang harus aku katakan wahai Rasulullah ?"
Beliau kemudian menjawab : Katakanlah ( bacalah ) olehmu Surah Al Ikhlas dan Al Mu’awwidzatain di sore dan pagi hari sebanyak tiga kali maka Allah akan mencukupimu dari segala sesuatu.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia mengatakan bahwasanya ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam merasa sakit mata maka beliau membaca Al Mu’awwidzatain oleh dirinya sendiri dan setelah membacanya beliau meniupkan nafasnya ( ke telapak tangan beliau lalu mengusapkannya ke wajahnya ). Namun ketika beliau sakit keras maka akulah yang membacakannya untuk beliau lalu aku mengusapkannya ke wajahnya dengan tangan beliau untuk meminta keberkahan ( dari kedua surah tersebut ). [ Muttafaq ‘Alaih ].

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah disihir oleh seorang Yahudi yang berasal dari Bani Zuraiq, namanya Labid bin Al A’sham. Sihir itu membuat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berhalusinasi, beliau mengira melakukan sesuatu padahal tidak beliau lakukan atau sebaliknya. Sihir tersebut tidak juga pergi dalam jangka waktu yang tidak sebentar ( pada riwayat lain disebutkan lamanya sekitar satu tahun ). Lalu pada suatu hari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepadaku : "Wahai ‘Aisyah, aku merasa bahwa Allah telah memberi jawaban atas pertanyaan yang aku ajukan. Ada dua malaikat yang datang kepadaku, salah satunya duduk di kepalaku dan salah satu lainnya di kakiku.
Lalu malaikat yang duduk di kepalaku berkata kepada malaikat yang ada di kakiku : "Ada apa dengan beliau ?"
Malaikat yang lainnya menjawab : "Terkena sihir."
Malaikat yang di kepalaku bertanya lagi : " Siapakah yang menyihirnya ?"
Malaikat yang lainnya menjawab : "Labid bin Al A’sham."
Lalu malaikat yang ada di kepalaku bertanya lagi : "Diletakkan dimanakah sihir itu ?" Malaikat yang lainnya menjawab : "Di sisirnya dan helai rambutnya yang diletakkan di manggar mayang kurma dan dipendam di bawah batu di sumur Dzi Auran." [ Muttafaq ‘Alaih ].

Sampai disitulah riwayat yang dicantumkan dalam Kitab Shahihain, namun pada kitab – kitab hadits lainnya disebutkan riwayat dari Ibnu Abbas, ia berkata bahwa ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada ‘Aisyah : "Wahai ‘Aisyah, apakah mungkin Allah memberitahukan aku tentang penyakitku ini ?."
Lalu setelah itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengutus Ali, Zubair dan Ammar bin Yasir untuk menuju sumur tersebut dan sesampainya disana mereka cepat – cepat menguras habis air yang terdapat di sumur tersebut, dan air yang mereka kuras itu berwarna hitam seakan di dalamnya itu tempat merendam cat rambut. Kemudian mereka menyuruh pekerja sumur untuk mengangkat batu yang terletak di dasar sumur tersebut. Dan benar saja bahwa di bawah batu tersebut ada manggar mayang kurma yang berisikan helai – helai rambut manusia dan gerigi sisir dimana manggar mayang kurma itu diikat dengan sebelas ikatan yang dijahit dengan jarum.

Kemudian malaikat Jibril atas izin dan perintah Allah menrunkan wahyu dari Allah kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam surah Al Falaq dan An Naas atau Al Mu’awwidzatain atau dua surah perlindungan yang keduanya berjumlah sebelas ayat dimana sesuai dengan jumlah ikatan yang terdapat pada manggar mayang kurma tadi. Lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam diperintahkan untuk meminta perlindungan dari Allah dengan membaca kedua surah tersebut. Dan setiap kali beliau selesai membaca satu ayat maka satu ikatan yang ada di manggar mayang kurma tersebut terlepas sehingga sampai akhir beliau membacakan kedua surah tersebut maka seluruh ikatan yang ada di manggar mayang kurma tersebut semuanya terlepas dan terbebaslah beliau dari pengaruh sihir orang Yahudi tersebut.

Kemudian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata : "Aku sudah tidak apa – apa sekarang."
Namun malaikat Jibril ingin menuntaskan pengaruh sihir tersebut hingga ke akar – akarnya, lalu ia berdoa : "Dengan nama Allah aku mengobatimu dari segala sesuatu yang dapat membahayakanmu, dari kejahatan orang yang dengki dan orang yang melakukan sihir. Dan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyembuhkanmu."

Lalu para sahabat berkata kepada beliau : "Wahai Rasulullah, bagaimana kalau kita hukum mati saja orang itu ?"
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab : "Aku sekarang sudah diberi kesembuhan oleh Allah dan aku tidak mau menyebabkan sesuatu yang buruk terhadap orang lain."

Begitulah riwayat terkait yang menjadi tuntunan bagi umat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam agar mengamalkan dan ittiba’ untuk banyak membaca kedua surah tersebut untuk memohon perlindungan dari Allah dan bersikap makruf dengan tidak membalas keburukan orang lain dengan keburukan apabila Allah sudah memberikan jalan keluar.

Min Syarri [ dari kejahatan ] semua…. Maa Khalaqa [ makhluq Nya ] yang ada di alam dunia dan kerusakan dan dari orang – orang yang keji, orang yang tidak suka melihat orang lain senang. Maknanya adalah semua keburukan atau semua yang dapat mendatangkan keburukan dari makhluq Allah.

Wa [ dan ] aku juga memohon penjagaan pada Allah…. Min Syarri [ dari kejahatan ] setiap.... Ghasiqin [ malam ] yang pekat dan tidak lagi bercahaya…. Idzaa Waqaba [ apabila telah gelap gulita ] yaitu ketika waktu malam telah masuk dan tenggelam dalam kegelapannya untuk menghalangi dan menipu pandangan.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melihat ke arah bulan, beliau berkata kepadaku : "Wahai ‘Aisyah, mintalah perlindungan dari Allah akan keburukan yang mungkin akan terjadi pada saat sekarang ini, karena saat inilah yang dimaksud dengan “ al ghasiq idzaa waqaba “ ( bulan yang tertutupi )" [ At Tirmidzi ].

Wa [ dan ] aku juga memohon penjagaan pada Allah….Min Syarri an Naffatsaati [ dari kejahatan – kejahatan wanita tukang sihir yang menghembus ] dan mengeluarkan air ludah dari mulut mereka….Fii al ‘Uqadi [ kepada buhul – buhul ] yang dikaitkan pada benang untuk menyihir manusia dengannya.

Penyebutan wanita pada ayat ini karena ilmu sihir itu identik dengan wanita sehingga ada istilah Nenek Sihir yang meniupkan ikatan benang untuk melancarkan sihirnya. Sehingga dengan cara meniupkan juga Al Mu’awwidzatain ke telapak tangan untuk mengimbangi ilmu sihir tersebut. Dimana dalam hal peniupan untuk pengobatan maka para ulama membolehkannya namun apabila untuk sihir maka hal itu sangat dilarang bahkan diancam berbuat syirik dan kelak alat sihirnya tersebut akan digantungkan di leher kepalanya dan melilitnya sebagai balasannya.

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘ Alaihi wa Sallam bersabda : Barangsiapa yang mengikat sebuah ikatan ( biasanya benang atau tali ) lalu meniupkannya maka ia telah melakukan sihir, dan barangsiapa yang melakukan sihir maka ia telah berbuat syirik. Dan barangsiapa yang menggantungkan sesuatu ( tulisan, jampi – jampi di lehernya ) maka ia akan diserahkan kepadanya. [ An Nasa’I ].

Wa [ dan ] aku berlindung kepada Penguasa waktu shubuh….Min Syarri [ dari kejahatan ] setiap….Haasidin Idzaa Hasada [ orang yang dengki apabila ia dengki ] dan berniat untuk berlaku dengki. Maka Allah akan menjagamu dari kesukaran yang diakibatkan oleh perbuatan buruk mereka dengan daya dan kekuatan Nya. Yaitu mengharapkan hilangnya nikmat yang dirasakan oleh orang yang didengki, walaupun orang yang mendengki tidak menginginkan nikmat tersebut beralih kepadanya.

Berbeda dengan persaingan atau perlombaan dimana semua ini adalah mengharapkan hal yang serupa dengan sesuatu yang didapatkan orang lain, namun ia tetap menghargai jika orang lain yang mendapatkannya sedangkan kedengkian adalah sifat buruk dan tercela dimana apabila orang lain mendapatkannya maka ia tidak senang atau sebaliknya apabila orang lain tidak mendapatkannya justru ia senang. Senang melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang.

Orang yang memiliki sifat dengki adalah musuh dari kenikmatan yang Allah berikan. Para ahli hikmah ( hukama ) mengatakan bahwa orang yang dipenuhi dengan sifat kedengkian itu seakan menantang Allah dalam 5 hal yaitu :
  1. Ia membenci orang lain yang mendapatkan nikmat dari Nya
  2. Ia membenci pembagian ( taqsim ) yang Allah bagikan kepada para hamba Nya
  3. Perbuatannya berlawanan dengan perbuatan Allah dimana Allah memberikan karunia kepada siapa saja yang Allah kehendaki
  4. Ia akan bersikap kikir dengan tidak mau memberikan apapun yang dipunyainya untuk kepentingan di jalan Allah
  5. Ia dengan kedengkiannya itu telah menolong musuhnya sendiri yaitu iblis.

Orang yang memiliki sifat dengki itu tidak akan mendapatkan apa – apa dari suatu tempat kecuali hanya penyesalan. Ia tidak akan mendapatkan apa – apa dari malaikat kecuali kebencian dan laknatnya. Ia tidak mendapatkan apa – apa dari kesendiriannya kecuali hanya kepanikan dan kesusahan. Ia tidak akan mendapatkan apa – apa dari akhirat kecuali pembakaran dan adzab. Ia tidak mendapatkan apa – apa dari Allah kecuali penolakan dan murka Nya.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : Ada tiga kelompok manusia yang tidak akan dikabulkan doa mereka, yaitu orang – orang yang memakan makanan yang diharamkan, orang – orang yang selalu berghibah, dan orang – orang yang dihatinya terdapat kedengkian terhadap kaum muslimin.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : Kedengkian itu tidak diperbolehkan kecuali pada dua hal yaitu seseorang diberikan harta lalu ia menghabiskannya untuk bersedekah dan seseorang yang diberikan ilmu hikmah lalu ia mengamalkannya dan mengajarkannya. [ Muttafaq ‘Alaih ].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar