Sabtu, 06 Agustus 2011

Fathimah Az-Zahra


"Sesungguhnya Fathimah adalah bagian dariku. Siapa yang menyakitinya ia telah menyakitiku."(Hadits Riwayat Bukhari)

Siapa sebenarnya Fathimah?? Mengapa Sang Nabi melalui lisan sucinya, berkali-kali mengingatkan kita untuk memuliakan Fathimah?? Mengapa Allah SWT memberikan keturunan pada Rasulullah melalui anak perempuannya ini??

Fathimah binti Muhammad tentu bukanlah wanita biasa. Fathimah Az-Zahra, putri Rasulullah banyak menarik perhatian orang. sebelum kelahiran Fathimah, suatu hari, ketika Nabi suci Muhammad saw duduk di tepi sungai dengan sahabat-sahabatnya, tiba-tiba Malaikat Jibril datang dan berkata, "wahai Muhammad, Allah Yang Maha Tinggi mengucapkan salam untukmu dan Dia menyuruhmu untuk memisahkan diri dari istrimu Khadijah selama 40 hari."


Setelah Jibril pergi, Nabi berkata kepada muridnya, Amar bin Yasir, "wahai Amar katakanlah kepada Khadijah, istriku, bahwa atas perintah Allah yang maha mulia, aku memisahkan diri darinya selama 40 hari. katakan kepadanya, "jangan menyangka aku benci atau akan pindah. Sesungguhnya Allah ta'ala membanggakan dirinya dihadapan Malaikat setiap hari berkali-kali. Jika malam telah gelap, beritahukan kepadanya agar menutup pintu dan tidur di ranjangnya. aku akan berada di rumah Fathimah binti Asad.

Khadijah memahami betul pesan ini. Fathimah sangat memahami kejujuran suaminya, Muhammad saw, karena itu Khadijah dengan sabar menunggu, meski hatinya sedih karena harus berpisah dengan suami tercinta.

Setelah 40 hari berlalu masa puasa Nabi, Malaikat Jibril turun dan berkata, "wahai muhammad, Allah Yang Maha Tinggi mengucapkan salam padamu dan Dia memerintahkanmu untuk bersiap-siap menerima penghormatan-Nya dan Anugerah-Nya.

Sesaat kemudian datanglah Mikail dengan membawa sebuah mangkuk indah, ditutupi sehelai kain sutera. "Wahai Muhammad, tuhanmu menyuruhmu agar engkau berbuka dengan makanan dalam mangkuk ini pada malam ini." setelah selesai makan, Nabi bermaksud melakukan shalat. Namun tiba-tiba Jibril menghalangi Nabi dan berkata, "untuk shalat kali ini, Allah melarangmu sebelum engkau mendatangi Khadijah. Karena sesungguhnya pada malam ini Allah ta'ala menginginkan keturunan yang baik tercipta dari sulbi yang baik."

Setelah peristiwa itu, Khadijah merasakan dirinya sedang hamil. Hari demi hari, bulan demi bulan, kandungan Khadijah semakin membesar. Khadijah merasa terhibur apalagi janin yang ada dalam kandungannya sangat istimewa, karena janin itu sama sekali tidak membebani Khadijah.

Kelahiran sayidah Fathimah diisyaratkan dalam surat al-kautsar, "Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak (Al-kautsar). Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu, dialah yang terputus (abtar)."

Bayi perempuan suci itu diberi nama Fathimah yang artinya terlindung dari kejahatan. Nabi dan Khadijah sangat menyayangi Fathimah. Nabi menunjukkan kecintaannya kepada Fathimah dihadapan para sahabat dan kaumnya Nabi. Nabi sering menggendong fathimah dan menciuminya seraya berkata, "Jika aku rindu dengan harumnya Surga maka aku akan mencium putriku Fathimah. Karena dia diciptakan dari makanan surga."

Fathimah juga dijuluki sebagai al-Muhaddatsah (wanita yang diajak bicara) lantaran para malaikat datang dari langit dan memanggilnya, sebagaimana malaikat memanggil Maryam binti Imran. Para Malaikat berkata, "Hai Fathimah, sesungguhnya Allah memilih, menyucikan, dan mengutamakanmu atas segala wanita di semesta alam. Hai Fathimah, patuhlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang sujud dan ruku'.

Nabi saw bersabda, Surga merindukan empat wanita, yaitu Maryam binti Imran, Asiyah binti Muzahim (istri Fir'aun), Khadijah binti Khuwalid dan Fathimah binti Muhammad."

Sejak ballita, Fathimahlah yang membantu dakwah ayahnya. Tangan kecil Fathimah-lah yang membersihkan kotoran yang dilemparkan kaum kafir Quraisy ke kepala suci ayahnya.

Ibadah Fathimah pun sangatlah luar biasa. Ketika menegakkan shalat, Fathimah selalu tersengal nafasnya karena takut kepada Allah. Membicarakan ibadahnya Fathimah, tiada akan ada habisnya, khususnya doanya kepada Allah ta'ala. Fathimah menyadari makna mendalam ibadah dan berdoa kepada Allah dan menikmati shalat di hadapan Sang Maha Perkasa. Hal ini tidaklah aneh, sebab untuk ayahnyalah al-Quran memaktubkan firman-Nya, "Kami tidak menurunkan al-Quran ini kepadamu untuk agar kamu menjadi susah." Karena Nabi shalat dengan lama, Allah ta'ala mewahyukan ayat ini baginya sebagai kelapangan dan kemudahan.

Hasan putra Fathimah berkata, "suatu kali, pada jumat malam, aku menyaksikan ibuku, Fathimah, salat sepanjang malam. Beliau terus-menerus rukuk dan sujud hingga fajar. kudengar beliau berdoa bagi para Mukmin dengan menyebut nama mereka. Namun tak kudengar beliau berdoa untuk dirinya sendiri. Karenanya aku bertanya, Ibunda, mengapa ibunda tak berdoa untuk dirinya sendiri sebagaiman ibunda berdoa untuk orang lain? Beliau menjawab, Putraku, Dahulukan tetanggamu dari dirimu sendiri."

Diriwatkan, seperti halnya Maryam (Ibunda Nabi Isa AS), Allah SWT kerap menurunkan hidangan dari langit ketika Fathimah beribadah di mihrabnya.

Sebagai seorang putri Nabi, Fathimah adalah pemilik kepribadian yang sempurna. Tidak ada yang meragukan ketaqwaannya kepada Allah SWT, demikian juga dengan kecerdasan, keberanian, dan kesigapannya. Fathimah memperoleh pengetahuan Ilahiyanya dari benderangnya kenabian dan menerima kecemerlangan kebenaran dari rumah wahyu. Hatinya berhias kebijakan risalah. Nalar cemerlangnya adalah wujud kecerdasannya. karenanya kebenaran setiap realitas hadir dalam wujud Fathimah Az-Zahra. Dialah guru pertama para perempuan yang datang kepadanya untuk bertanya tentang Islam yang diajarkan ayahnya.

Seorang perempuan menemui Fathimah dan bertanya "Aku mempunyai seorang ibu lemah. Dia menjadi bingung tentang sebuah masalah terkait dengan shalatnya. Dia mengirimku agar menanyakan kepada anda tentang hal itu."

Mendengar jawaban Fathimah, perempuan itu merasa terpuaskan. Setiap kali dia memilki masalah, setiap itu pula dia mendatangi Fathimah dan mendapatkan jawaban. Demikianlah hingga berulang-ulang. Dan Fathimah selalu dengan ramah menjawabnya. Hingga suatu hari, perempuan itu menanyakan pertanyaan lain dari ibunya dan dengan tidak enak hati dia berkata, "Aku tidak akan mengusikmu lagi, wahai putri Rasulullah".

Fathimah menjawab, Bertanyalah kepadaku tentang apa saja yang terlintas di benakmu. Karena ibarat seorang laki-laki yang telah disewa untuk mngangkut beban ke puncak sebuah gunung dengan bayaran seribu dinar, apakah hal itu akan memberatkannya??"

Fathimah melanjutkan, "Upahku untuk menjawab setiap pertanyaan lebih aripada mutiara yang memenuhi ruang antara bumi dan Arasy. Karena itulah aku harus lebih cekatan menjawab pertanyaan-pertanyaanmu."

Bahwa Rasulullah bersabda, "Ketika para ulama pengikut kita dikumpulkan (pada hari kebangkitan), mereka akan dianugerahi jubah-jubah kehormatan yang setar jumlahnya dengan pengetahuan dan perjuangan mereka untuk membimbing hamba-hamba Allah, sampai ke titik setiap orang dari mereka akan dihadiahi satu juta jubah cahaya.

Lalu, penyeru Allah SWT akan berkata, "Wahai para wali anak-anak yatimnya Muhammad. Kalian yang mengilhami mereka ketika mereka dipisahkan dari ayah-ayah mereka, yang menjadi imam-imam mereka, inilah murid dan para yatim yang kalian lindungi dan ilhami. karena itu anugerahilah mereka dengan jubah-jubah pengetahuan tentang kehidupan. Maka mereka akan menganugerahi satu juta jubah. Selanjutnya para yatim menganugerahi orang-orang yang belajar dari mereka.

Diantara ajaran-ajaran Islam yang mendapat perhatian khusu adalah melindungi kehormatan perempuan, kecantikan perempuan ketika dia mentaati aturan berbusana muslimah. Sebagai contoh, Fathimah melakukan tindakan terpuji sebagai wujud nyata identitas sseorang muslimah. Dikisahkan bahwa suatu hari Nabi bertanya pada para sahabat. "Apakah yang terbaik bagi kaum perempuan?" Para sahabat tidak tau bagaiman menjawab pertanyaan Nabi itu. Lalu Ali mengabarkan hal itu pada Fathimah, FAthimah menjawab "Yang terbaik bagi mereka adalah tidak melihat laki-laki (selain suaminya) dan tidak mengizinkan laki-laki (selain suaminya) melihat mereka.

Kemudian Ali kembali kepada Rasulullah dan membawakan jawaban Fathimah. Ketika beliau mendengar jawban itu, Nabi berkata "Sungguh dia telah mengucapkan kebenaran, karen dia bagian dari diriku."

Fathimah juga gadis yang pemberani. Bersama saudara-saudara perempuannya, beliau berada dibarisan belakang pertempuran pasukan ayahnya, merawat pasukan Islam yang terluka.

Jika kaum Muslimin bisa mencontoh Rasulullah, maka kaum muslimah dengan segala aspeknya yang berbeda dengan pria, mempunyai Fathimah sebagai teladan nan sempurna.

Begitu sering nama Fathimah kita dengar, namun begitu banyak sisi kemuliannya yang mungkin belum kita ketahui. Inilah sebuah kisah wanita telada termulia; seorang putri tercinta dari Sang Musthafa dan Khadijah Al Kubra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar